Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2021 akan menjadi titik balik pemulihan sektor keuangan. Hal tersebut terlihat dari torehan positif untuk menunjang kebangkitan sektor keuangan dalam negeri di tengah pandemi Covid-19.
"2021 diharapkan menjadi titik pemulihan dan sektor keuangan, termasuk IKNB," kata Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dalam dalam Konferensi Pers Virtual Peresmian Sentra Vaksinasi Bersama AAUI, Kamis (24/6/2021).
Advertisement
Wimboh mengungkapkan, angin segar pertama tercermin dari peningkatan aset Industri Jasa Keuangan Non-Bank (IKNB) sebesar 3,08 persen pada tahun 2020 lalu. Kendati pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibanding tahun 2019 atau sebelum pandemi yang mampu tumbuh mencapai 8,61 persen.
Kedua, terus bergulirnya program vaksinasi Covid-19 di Indonesia baik yang dilakukan pemerintah maupun yang diinisiasi secara mandiri oleh dunia usaha. Salah satunya Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yang baru saja meresmikan vaksinasi massal untuk para pekerja sentra vaksinasi massal bagi pekerja industri asuransi dan keluarganya serta masyarakat umum.
"Penanganan pandemi ini menjadi game changer terutama vaksinasi. Tanpa (vaksinasi) itu (pemulihan sektor keuangan) sulit.
Oleh karena itu, dia meyakini adanya sejumlah upaya terkait percepatan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 tersebut dapat kembali menggeliatkan mobilitas masyarakat secara aman. Sehingga, mampu membangkitkan kinerja sektor jasa keuangan seperti semula sering meningkatnya mobilitas masyarakat.
"Karena mobilitas penting agar bisa dilakukan kegiatan sosial ekonomi guna mendukung ekonomi, terutama sektor keuangan," bebernya.
Reporter: sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ketua OJK: Pasar Modal Berpotensi Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, kinerja pasar modal mulai mengalami pemulihan setelah terkontraksi di 2020.
Pemulihan pasar modal ini diyakini dapat membantu pemulihan ekonomi nasional karena saat ini, penyaluran kredit masih mengalami kontraksi.
"Selain dari kredit, ada potensi yang besar dari pasar modal. Setelah mengalami tekanan, aliran modal non residen ke pasar saham dan mencatatkan net buy sebesar Rp 21,09 triliun year to date," ujar Wimboh dalam rapat kerja dengan Kommisi XI DPR RI, Senin (14/6/2021).
Secara rinci, net buy terdiri dari Rp 16,44 triliun year to date di pasar saham dan Rp 4,65 triliun year to date di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Kemudian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) perlahan kembali setelah mengalami tekanan besar di awal tahun. "Angka terakhir di atas 6.000, 6.095, bahkan minggu lalu menguat 2,47 persen month to date dan naik 1,95 persen year to date," jelasnya.
Penguatan ini didukung jumlah investor yang naik 96 persen menjadi 5,37 juta per Mei 2021, yang 99 persennya berasal dari investor ritel.
Lalu, penghimpunan dana melalui penawaran umum mencapai Rp 56,5 triliun dengan 59 penawaran umum dengan 17 diantaranya adalah emiten baru, sedangkan dalam pipeline, terdapat rencana 80 penawaran baru dengan total nilai Rp 78,22 triliun.
"Ini potensi yang cukup besar untuk mendukung perekonomian melalui pasar modal. Kami akan terus mendukung masyarakat dan usaha untuk menghimpun dana di pasar modal, termasuk start up, bahkan kita akan menyiapkan rancangan RPOJK terkait multiple voting share, juga rancangan aturan Bursa Efek Indonesia terkait ekonomi khusus untuk mendorong ekonomi ramah lingkungan," katanya.
Advertisement