Prof Wiku: PPKM Mikro Paling Efektif Tekan Lonjakan Kasus COVID-19 RI

PPKM Mikro dipilih untuk menekan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Jun 2021, 19:29 WIB
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers perkembangan COVID-19 sesi International Media Briefing di Graha BNPB, Jakarta, Selasa, 13 April 2021. (Tim Komunikasi Satgas COVID-19/Mardji)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Penanganan COVID-19 di Indonesia, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan, PPKM Mikro menjadi hal utama yang harus dilakukan saat ini guna menekan laju kasus Virus Corona, khususnya yang terpusat di Pulau Jawa.

Menurut Wiku dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Kamis, 24 Juni 2021, pemerintah telah memelajari berbagai opsi penangan COVID-19 dengan memerhitungkan banyak aspek hingga akhirnya memutuskan PPKM Mikro.

Dari kondisi sosial, ekonomi, politik di Indonesia, serta pengalaman negara lain.

"Dan disimpulkan bahwa PPKM Mikro masih menjadi cara penanganan yang paling efektif karena dilakukan hingga tingkat terkecil dan dapat berjalan tanpa mematikan ekonomi rakyat," kata Wiku.

Satgas pun mengimbau agar mekanisme koordinasi dan pembagian peran dalam melaksanakan PPKM Mikro dilakukan dengan benar dan seefektif mungkin.

Dalam rangka pencegahan, lurah atau kepala desa sebagai pengendali posko wajib berkoordinasi dengan ketua RW untuk mendata kasus positif COVID-19 di tingkat RT wilayah masing-masing, serta bersama Babinsa dan Babinkamtibmas memantau kepatuhan protokol kesehatan dan memberikan edukasi seputar COVID-19.

Selanjutnya, lurah atau kepala desa berkoordinasi juga dengan Puskesmas tingkat Kecamatan dan Kelurahan harus melakukan testing pada pasien COVID-19 dan kontak eratnya yang dilanjutkan dengan tracing dibantu TNI/POLRI.

Terakhir, Puskesmas dapat melakukan treatment dan pengawasan pada pasien isolasi mandiri dan merujuk pasien dengan gejala sedang-berat ke tempat isolasi terpusat atau RSUD di tingkat Kecamatan.

Satgas menekankan bahwa pelaksanaan PPKM dan PPKM Mikro merupakan dua hal yang tidakdapat dipisahkan.

“Lurah atau kepala desa harus mengoordinasikan pelaporan data, pembentukan posko, dan pelaksanaan fungsinya melalui aplikasi Bersatu Lawan COVID (BLC). Untuk itu jika ada wilayah yang belum melaporkan secara rutin melalui aplikasi BLC, mohon segera menghubungi Satgas Pusat,” ujar Wiku.

Pelaporan ini penting dilakukan secara rutin sehingga perkembangan pelaksanaan PPKM Mikro dapat tercatat dan menjadi bahan evaluasi serta pertimbangan kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Diharapkan, dalam seminggu ini terlihat kemajuan positif dalam langkah pengendalian kasus di tingkat daerah.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Simak Video Berikut Ini


Kematian Akibat di DIY yang Tidak Meningkat Tajam

Perkembangan kasus positif COVID-19 nasional minggu ini meningkat signifikan sebesar 42 persen. Kenaikan ini berlangsung lima minggu berturut-turut dengan sumbangan penambahan kasus mencapai hampir dua kali lipat dibanding minggu lalu dari provinsi-provinsidi Pulau Jawa.

Lima provinsi di Pulau Jawa menyumbang lajunya kenaikan kasus positif COVID-19, yaitu: DKI Jakarta naik sebesar 13.022 kasus; Jawa Barat sebesar 6.449 kasus; Jawa Timur naik 1.756 kasus; Daerah Istimewa Yogyakarta naik 1.322 kasus; dan Jawa Tengah naik sebesar 1.012 kasus.

Sejalan dengan kenaikan kasus positif COVID-19 ini, kematian di lima provinsi juga menjadi yang tertinggidi minggu ini. Lima provinsi yang mencatatkan kenaikan kematian tertinggi antara lain: DKI Jakarta naik sebesar 200 kasus; Jawa Tengah 96 kasus; Jawa Timur 79 kasus; Jawa Barat 73kasus; dan Lampung 72 kasus.

“Hanya DIY yang angka kematiannya tidak meningkat tajam sehingga tidak masuk ke dalamlima besar,” ujar Wiku.

 


Mendekati Puncak Pandemi COVID-19

Meski kenaikan kasus positif di Provinsi Lampung tidak tajam, tapi angka kematiannya masuk 5 besar tertinggi. Ini menunjukkan bahwa efek akibat libur panjang bisa terjadi dalamberbagai bentuk, salah satunya menaiknya kasus kematian.

“Pembelajaran yang dapat diambil adalah Kesiagaan daerah terhadap situasi masing-masing merupakan kunci mengendalikan kasus," kata Wiku.

Kenaikan kesembuhan yang tidak terlalu signifikan di minggu ini di angka 20.1 persen juga mendesakkan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan agar kematian dapat dicegah dan kesembuhan dapat ditingkatkan.

Lebih lanjut, Wiku menambahkan bahwa situasi COVID-19 saat ini sudah hampir mendekati puncak pandemi pasca periode libur akhir tahun lalu, di mana kasus aktif saat ini mencapai 160,524 sedangkan kasus aktif tertinggi adalah 176,672 pada 5 Februari lalu.

Oleh sebab itu, penguatan PPKM mikro menjadi hal utama yang harus dilakukan saat ini untuk menekan lajukasus positif khususnya yang terpusat di Pulau Jawa.


Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya