Liputan6.com, Jakarta - Fitch Solutions menilai pasar farmasi Indonesia hadapi kendala iklim operasi yang buruk dilemahkan rendahnya tingkat perlindungan untuk kekayaan intelektual. Selain itu, sistem penetapan harga dan penggantian yang kurang berkembang.
Namun, Indonesia mencatat skor 51,2 dari total penilaian 100 di indeks risiko inovasi dan penghargaan untuk farmasi menunjukkan potensi indikasi komersial.
Advertisement
Meskipun ada peningkatan prevalensi penyakit kronis, peran dominan obat generik akan terus berlanjut karena biaya yang murah sesuai dengan kekuatan pembelian oleh masyarakat.
Berikut sejumlah catatan dan penilaian untuk risiko dan hasil dari inovasi farmasi di Indonesia yang dikutip dari laporan Fitch Solution bertajuk Indonesia Pharmaceuticals and Healthcare Report Include 10-year forecast to 2030, Kamis (24/6/2021):
-Penghargaan industri:
Mencerminkan prospek pertumbuhan yang tinggi untuk pasar farmasi, Indonesia mendapatkan skor 61 dari 100. Angka ini jauh di atas rata-rata sebesar 53,9. Fokus pemerintah pada perawatan kesehatan sebagai katalis di sektor farmasi dan perawatan kesehatan.
Sebagai pasar obat terbesar di Asia Tenggara, Indonesia salah satu prospek paling menarik untuk investasi multinasional. Hal ini sejalan dengan prospek positif sektor farmasi Indonesia. Ini seiring pertumbuhan nilai sektor yang mendahului Thailand dan Filipina.
Namun, sementara pemerintah tetap berkomitmen untuk memperluas kesehatan, dukungan keuangan untuk skema yang mungkin tidak cukup. Peran dominan obat generik diharapkan terus berlanjut karena biaya rendah cocok dengan rendahnya daya beli masyarakat, membatasi penjualan obat baten dan prospek untuk produsen yang inovatif.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Tingkat Perlindungan Kekayaan Intelektual Masih Rendah
Penghargaan negara:
Indonesia mendapatkan skor 39,6 dari 100, di bawah rata-rata regional 47,8. Ada potensi pertumbuhan pasar signifikan mengingat populasi negara yang besar dan berkembang pesat. Namun, sebagian besar penduduk tinggal di pulau-pulau terpencil dan di luar beberapa kota berpenduduk padat yang membatasi akses ke layanan kesehatan.
Risiko industri:
Ditarik oleh rendahnya tingkat perlindungan kekayaan intelektual dan harga yang tidak stabil, skor Indonesia 34,8 dari 100. Di bawah rata-rata regional 52,1. Lingkungan bisnisnya tetap sulit bagi perusahaan multinasional farmasi. Sistem penetapan harga dan penggantian biaya mencerminkan status pasar farmasi yang kurang berkembang sehingga diperlukan restrukturisasi dan modernisasi.
Advertisement