Genjot Omzet Budi Daya, KKP Latih Masyarakat NTT Produksi Pakan Ikan Mandiri

KKP terus menggencarkan Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) untuk mengurangi ketergantungan pakan ikan komersial yang berbiaya tinggi.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Jun 2021, 13:36 WIB
Nelayan menurunkan ikan hasil tangkapan laut di Muara Baru, Jakarta, Kamis (29/3). Untuk mendorong ekspor komoditas perikanan KKP akan memberikan bantuan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggencarkan Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) untuk mengurangi ketergantungan pakan ikan komersial yang berbiaya tinggi, salah satunya melalui kegiatan pelatihan.

Kali ini, KKP menghadirkan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Masyarakat Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Utara, dan Kab. Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur pada 21 hingga 22 Juni 2021.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja menjelaskan, pelatihan sejalan dengan tugas dan fungsi BRSDM, yaitu penyiapan SDM berdaya saing tinggi dan tanggap teknologi.

Terutama, dalam mendorong pembangunan sektor kelautan dan perikanan sesuai dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, mengenai program prioritas KKP di tahun 2021-2024.

“Masyarakat perlu dibekali dengan teknologi-teknologi yang dapat memaksimalkan usahanya, sehingga program prioritas Menteri Trenggono, yakni pengembangan perikanan budi daya untuk peningkatan ekspor, serta pembangunan kampung perikanan budi daya air tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal benar-benar dapat terwujudkan di NTT,” jelas Sjarief dalam keterangannya, Jumat (25/6/2021).

Terlebih, Sjarief menyebut, Provinsi NTT memiliki potensi kelautan dan perikanan yang melimpah, termasuk juga bahan baku yang memadai dalam mendukung produksi pakan ikan daerahnya. Dia berharap, pelatihan dapat menumbuhkembangkan pelaku usaha pembuatan pakan ikan yang dapat dipasarkan secara digital.

“Dari potensi yang dimiliki, saya berharap para pelaku utama dapat memproduksi pakan ikan secara mandiri dan ramah lingkungan. Selain itu, dapat memunculkan start up yang dapat berkembang di e-commerce, sehingga merangkul pelaku usaha perikanan lainnya dan terbangun roda perekonomian perikanan nasional yang terintegrasi,” jelas Sjarief.

Di sisi lain, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilia Pregiwati menyebut, ketersediaan dari pakan ikan ditargetkan minimal mencapai 9,6 juta ton. Jumlah tersebut berasal dari kebutuhan total 7,92 juta ton untuk produksi ikan dan udang.

Salah satu tantangannya adalah bagaimana memenuhi kebutuhan pakan ikan yang efisien dan berkualitas, tapi dengan harga yang tetap terjangkau.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kebutuhan Pakan

Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor perikanan naik 7,21 persen dibanding periode yang sama tahun 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tingginya kebutuhan pakan ini memaksa pembudidaya untuk menggali alternatif pemenuhan pakan bagi usaha budi dayanya. Pakan ikan yang dibuat secara mandiri merupakan jawaban dari persoalan tersebut.

“Tantangan bagi masyarakat yang bergelut di sektor perikanan budi daya untuk memenuhi kebutuhan pakan yang efisien dan berkualitas, tapi dengan harga yang tetap terjangkau,” ucap Lilly.

Lilly juga menyampaikan, pakan ikan yang terbiasa digunakan pembudi daya merupakan pakan ikan berbahan baku impor, yang cukup menguras biaya. Dia berharap, pelatihan dapat mendorong pembudidaya untuk memanfaatkan bahan baku lokal untuk membuat pakan ikan berkualitas menyesuaikan dengan potensi daerahnya yang melimpah.

“Dengan potensi yang melimpah, saya berharap para pelaku usaha dapat memproduksi pakan ikan sendiri serta supaya ketergantungan pada pakan impor bisa berkurang dan pusat produksi ikan budidaya di masing-masing daerah ini bisa memiliki industri pakan ikan sendiri,” jelas Lilly.

Pelatihan yang difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Banyuwangi ini diikuti oleh 150 peserta (70 pembudidaya Kab. Kupang; 40 pembudidaya Kab. Timor Tengah Utara dan 40 pembudidaya dari Kab. Timor Tengah Selatan). Dilaksanakan secara blended online dengan menerapkan protokol kesehatan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya