Kanada Tuduh Otoritas Iran Lalai Atas Insiden Pesawat Ukraina PS752 Kena Rudal

Dalam sebuah laporan, Kanada mengungkapkan hasil penyelidikan pemerintahnya atas jatuhnya pesawat maskapai Ukraina di Iran.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Jun 2021, 11:02 WIB
Orang-orang berjalan di antara puing-puing setelah pesawat Boeing 737 jatuh di dekat Bandara Internasional, Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang pesawat maskapai Ukraina yang membawa 176 orang termasuk kru tersebut dilaporkan tewas. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah laporan pemerintah Kanada tentang jatuhnya pesawat maskapai Ukraina di Iran tidak menemukan bukti bahwa kecelakaan itu "direncanakan".

Tetapi, otoritas Kanada mengatakan bahwa Iran "bertanggung jawab secara penuh" atas jatuhnya pesawat tersebut.

Kanada menyebutkan bahwa kesalahan terletak pada "otoritas sipil dan militer" Iran.

Disebutkan bahwa operator unit pertahanan udara "kemungkinan bertindak sendiri dalam membuat keputusan untuk meluncurkan rudal", penyelidikan forensik selama delapan bulan menyimpulkan hal itu tidak akan terjadi jika bukan karena "ketidakmampuan, kecerobohan, dan pengabaian yang tidak disengaja" pejabat Iran.

"Iran tidak lolos dengan cara apa pun," kata Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau dalam sebuah konferensi pers, seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (25/6/2021).

"Iran sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi," sebut Gerneau.

Pada 8 Januari 2020, penerbangan Ukraina International Airlines PS752 terkena dua rudal setelah lepas landas dari Teheran. 176 penumpang di dalam pesawat tewas akibat insiden itu.

Iran - yang dituduh menghambat penyelidikan independen - menjelaskan pihaknya mengira pesawat itu sebagai rudal AS.

Sekitar 138 dari mereka yang berada di pesawat Ukraina memiliki hubungan dengan Kanada.

Warga atau penduduk empat negara lain dalam pesawat itu - Ukraina, Inggris, Afganistan dan Swedia - juga tewas.


Temuan Penyelidikan

Suasana saat tim penyelamat mencari korban pesawat Boeing 737 milik maskapai Ukraina yang jatuh di Shahedshahr, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang beserta kru yang berada dalam pesawat tersebut dilaporkan tewas. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Penyelidikan oleh Kanada menemukan bahwa rudal anti-pesawat Iran berada dalam siaga tinggi, namun pihak berwenang tidak menutup wilayah udaranya atau memberi tahu ada maskapai yang beroperasi pada saat itu.

Garneau juga menuduh operator rudal membuat "serangkaian keputusan yang sangat tak dikira yang bisa dan seharusnya dihindari".

Disebutkannya juga bahwa komando dan kontrol militer Iran terlalu lambat dalam menangani kegagalan dan mengambil tindakan untuk mencegah tragedi di masa depan.

Para pejabat Kanada juga menyerukan "penjelasan yang komprehensif dan jujur ​​dari rezim Iran" karena laporan tersebut mengakui kurangnya akses ke bukti, lokasi kecelakaan, dan saksi.

Otoritas Iran awalnya membantah bertanggung jawab atas kecelakaan itu, dan membiarkan lokasi kecelakaan diacak.

Tetapi saat bukti meningkat, Pasukan Dirgantara Pengawal Revolusi Iran mengatakan bahwa unit pertahanan udara telah salah mengira Boeing 737-800 sebagai rudal AS.

Pertahanan udara Iran dalam keadaan siaga tinggi pada saat itu, karena negara tersebut baru saja menembakkan rudal balistik ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS sebagai respon atas pembunuhan jenderal top Iran Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad lima hari sebelumnya.

Sebuah laporan akhir dari Organisasi Penerbangan Sipil Iran pada Maret 2021 menyimpulkan seorang operator "salah mengidentifikasi" pesawat dan menembakkan rudal tanpa izin dari seorang komandan.


Kanada Upayakan Kompensasi kepada Keluarga Korban

Orang-orang berdiri di antara puing-puing setelah pesawat Boeing 737 jatuh di dekat Bandara Internasional, Teheran, Iran, Rabu (8/1/2020). Seluruh penumpang pesawat maskapai Ukraina yang membawa 176 orang termasuk kru tersebut dilaporkan tewas. (ROHHOLLAH VADATI / ISNA / AFP)

Pada 23 Juni, Garneau menyebut laporan Iran memiliki "lubang besar" dan "meletakkan semua kesalahan pada orang-orang yang lebih rendah dalam struktur".

Namun dia mengakui bahwa tim forensik pemerintahnya mengandalkan laporan tersebut dan tidak dapat menarik kesimpulan yang berbeda dari penjelasan formal tentang terjadinya "kesalahan manusia" di Iran.

Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan, "Akun resmi Iran tentang peristiwa itu tidak jujur, menyesatkan dan dangkal, dan dengan sengaja mengabaikan faktor-faktor kunci".

Pemerintahan Trudeau kini sedang mencari reparasi dari Iran untuk memberi kompensasi kepada keluarga korban.

Hal juga menunjukkan minat Kanada untuk mengejar sanksi atau merujuk ke Pengadilan Kriminal Internasional atas insiden tersebut.


Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah

Infografis 6 Tips Isolasi Mandiri di Rumah. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya