Perusahaan Miliarder Termuda Dunia Liburkan Karyawan Sepekan demi Kurangi Stres Gara-gara Pandemi

Keputusan Bumble memberikan bonus liburan kepada karyawan mengikuti langkah LinkedIn.

oleh Andina Librianty diperbarui 25 Jun 2021, 21:04 WIB
Ilustrasi Liburan Keluarga | unsplash.com

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan di balik aplikasi kencan Bumble, memberikan bonus liburan satu pekan kepada para karyawannya. Hal ini merupakan upaya perusahaan mencegah ketidakpuasan dan stres di lingkungan karyawan akibat tekanan pandemi.

Sebanyak 700 karyawan Bumble diberitahu bahwa mereka akan mendapatkan hari libur selama 7 hari. Hari libur dimulai pada 21 Juni dan diberikan bayaran.

"Seperti semua orang, tim global kami juga memiliki masa yang sangat menantang selama pandemi," kata juru bicara Bumble, seperti dikutip dari entrepreneur, Jumat (25/6/2021).

Paid time off (PTO) atau gaji cuti ini juga berlaku untuk karyawan Badoo, aplikasi kencan milik Bumble, yang populer di Eropa dan Amerika Latin.

Berita liburan ini muncul menyusul twit Head of Editorial Bumble, Clare O'Connor, yang mengatakan bahwa CEO perusahaan merasakan kelelahan kolektif yang dihadapi oleh para karyawan.

"Di Amerika Serikat khususnya, di mana hari-hari libur nasional jarang, rasanya seperti masalah besar," tulis O'Connor di unggahannya.

Bumble dijalankan oleh CEO Whitney Wolfe Herd, yang menjadi berita utama pada Februari lalu ketika berhasil menjadi miliarder termuda di dunia pada usia 31 tahun. Ia juga merupakan salah satu pendiri aplikasi kencan Tinder.

Aplikasi Bumble dikenal progresif dan feminis, karena perempuan yang menggunakan aplikasi tersebut harus memulai percakapan setelah dua pengguna dicocokkan satu sama lain.

Keputusan Bumble memberikan PTO tambahan kepada karyawan mengikuti langkah LinkedIn, yang melakukan hal serupa pada April lalu.

"Kami ingin memastikan bahwa kami dapat memberikan sesuatu yang sangat berharga, dan apa yang menurut kami paling berharga saat ini adalah waktu untuk kita semua bersama-sama pergi," kata Chief People Officer LinkedIn, Teuila Hanson.

Saksikan Video Ini


Ambisius Gulingkan Facebook, Miliarder Real Estate Ini Gelontorkan Rp 1,4 Triliun

Logo baru Facebook (Foto: Business Insider)

Miliarder real estate Frank McCourt berencana meluncurkan Project Liberty, sebuah proyek untuk mewujudkan transparansi pengelolaan data dalam bermedia sosial.

Misinya diwujudkan dengan mengucurkan investasi senilai USD 100 juta (Rp 1,4 triliun) agar media sosial raksasa seperti Facebook dan media sosial lainnya tidak mendominasi kontrol data milik pengguna.

Mengutip laman Entrepreneur, Kamis (24/6/2021), proyek ini akan memudahkan pengguna mengontrol data mereka.

Project Liberty didirikan atas ketakutan sebagian besar pengguna media sosial akan keamanan data mereka di media sosial besar.

Misalnya saja Facebook, yang saat ini terhubung dengan aplikasi di jaringan kuasa Mark Zuckerberg seperti Instagram dan WhatsApp, memiliki data koneksi sosial penggunanya.

"Kita hidup di bawah pengawasan terus-menerus, dan apa yang terjadi dengan akumulasi kekayaan dan kekuasaan besar-besaran di tangan segelintir orang sangat tidak stabil. Ini mengancam kapitalisme karena kapitalisme perlu memiliki semacam keadilan untuk bertahan hidup," ujar McCourt.

McCourt menjelaskan, Project Liberty menggunakan teknologi blockchain untuk membangun infrastruktur digital baru bernama Decentralized Social Networking Protocol (DSNP). DNSP ini memungkinkan pengguna media sosial mengendalikan data mereka sendiri.

Secara rinci, USD 75 miliar investasi ini akan disalurkan ke institut di Georgetown University di Washington, DC dan sebanyak USD 25 miliarnya digunakan untuk mengajak pengusaha membuat layanan berbasis DSNP.

Sebenarnya, selain McCourt, miliarder Twitter Jack Dorsey juga telah memperkenalkan Bluesky Project yang berbasis blockchain.

Hal ini dilakukan untuk merestrukturisasi media sosial agar pengelolaan datanya tidak dikuasai satu pihak, melainkan dikendalikan sendiri oleh pengguna.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya