Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengalami koreksi hingga 32,52 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Bahkan saham UNVR sentuh level terendah dalam lima tahun terakhir.
Mengutip data RTI, saham UNVR susut 32,52 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Saham UNVR ditutup ke posisi Rp 4.960 per saham pada Kamis, 24 Juni 2021. Sepanjang 2021, saham UNVR berada di posisi tertinggi Rp 8.000 dan terendah Rp 4.710.
Nilai transaksi harian saham Rp 13,6 triliun. Total frekuensi perdagangan 1.087.737 dengan volume perdagangan 2,14 miliar saham. Kapitalisasi pasar saham UNVR sekitar Rp 190,36 triliun. Meski demikian, investor asing melakukan aksi beli saham UNVR sebanyak Rp 539,6 miliar sepanjang 2021.
Baca Juga
Advertisement
Saham UNVR sentuh posisi terendah Rp 4.900 pada 18 Juni 2021. Investor asing pun melakukan aksi jual Rp 18,6 miliar pada saat itu.
Head of Investment Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendraya menuturkan, sektor saham consumer good dan ritel cenderung melemah akibat pandemi COVID-19. Hal itu lantaran penjualan menurun. Wawan mengatakan, ada persepsi pelaku pasar kalau pendapatan Unilever Indonesia juga terkena dampak imbas pandemi COVID-19. Hal tersebut menekan saham UNVR.
"Konsumsi dari sisi komestik akan turun. Kalau di rumah saja, penjualan itu akan berkurang sehingga dipandang pendapatan turun. Saham itu cerminan dari ekspektasi investor terhadap pendapatan. Kalau pendapatan turun, saham akan turun,” ujar Wawan saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Jumat, (25/6/2021).
Ia menambahkan, harga crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku juga naik. Hal ini akan menurunkan margin perseroan.
Sementara itu, Analis PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai, dari sisi teknikal, saham UNVR alami penurunan di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi.
"Faktor teknikal yang dalam tren penurunan, membuat tekanan harga terus berlanjut di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi,” ujar Sukarno saat dihubungi Liputan6.com.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Sentimen yang Pengaruhi Saham UNVR
Wawan menambahkan, saham UNVR untuk kembali pulih berat seperti sebelum pandemi COVID-19. Hal ini seiring pandemi COVID-19 yang masih berlangsung. Selain itu, ada pandangan investor terhadap kinerja perseroan juga menekan saham UNVR.
Ia menuturkan, kinerja UNVR juga masih menunggu kuartal II apakah ada perbaikan seiring program vaksinasi yang dilakukan.
Sedangkan, Sukarno mengatakan, Unilever Indonesia masih memiliki sentimen positif terkait rencana investasinya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Sumatera Utara. Namun begitu, Sukarno mengatakan sentimen itu belum akan berdampak pada kinerja Perseroan dalam waktu dekat.
"Sentimen positif ada, yaitu terkait rencana perusahaan akan menambah investasi baru di KEK Sei Mangkei di Sumut. Tapi sentimen tersebut diyakini belum segera berdampak ke kinerja perusahaan,” kata dia.
Saat ditanya mengenai dampak perubahan penghitungan indeks saham memakai free float, Wawan menilai hal tersebut tidak terlalu berdampak.
"(Free float-red) bobot turun, tapi ini saham turun 33 persen. Ada rebalancing akan dilepas tapi minusnya tidak akan sampai 5 persen. Ini year to date turun 33 persen masih fundamental," kata dia.
Advertisement
Prospek Saham UNVR
Meski demikian, Wawan menilai, saham UNVR masih menarik untuk jangka panjang dalam 3-5 tahun. Ia menuturkam, investor dapat memanfaatkan koreksi saham UNVR yang terjadi untuk masuk. Dengan demikian, investor melakukan diversifikasi investasi.
"Untuk jangka panjang lebih menarik dengan horizon 3-5 tahun. Pelaku pasar yang tertarik bisa buy on weakness. Saham UNVR meski koreksi tetapi PE masih mahal dan premium," ujar dia.
Adapun berdasarkan data RTI, price earning ratio (PER) saham UNVR mencapai 18,19 kali dan earning per share (EPS) 221.Wawan menambahkan, target harga saham UNVR Rp 5.500 hingga akhir 2021.
Sedangkan Sukarno melihat prospek harga saham UNVR masih akan mendapatkan tekanan jual. Hal itu merujuk pada tren harga saham saat ini yang masih turun, serta belum ada tanda akan kembali transisi menjadi tren kenaikan. Dengan kondisi ini, Sukarno merekomendasikan untuk wait and see.
"Rekomendasi wait and see atau boleh gunakan strategi buy on weakness di support yang kita anggap kuat. Perlu hati-hati harga yang masih dalam tren penurunan,” pungkas dia