Pandemi COVID-19 Masih Berlangsung, Investasi Ini Bisa Jadi Pilihan

Di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung dan ada ketidakpastian pemulihan ekonomi. Investasi apa yang bisa jadi pilihan?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Jun 2021, 17:59 WIB
(Foto: Ilustrasi investasi saham. Dok Unsplash/Austin Distel)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 masih berlangsung di Indonesia. Sepanjang 2021 berjalan, ekonomi Indonesia mulai menggeliat, seiring dengan program vaksinasi yang terus digulirkan.

Sepanjang kuartal pertama 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi yang masih minus 0,74 persen yoy, atau minus  0,96 persen secara kuartalan. Meski demikian, BPS menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia telah jauh membaik dibanding kuartal-kuartal sebelumnya.

Secara yoy pada kuartal II 2020 minus 5,32 persen, pada kuartal III minus 3,49 persen, dan minus 2,19 persen di kuartal IV. Senior Institutional Marketing Star Asset Management, Kurnia Lestari menilai, membaiknya ekonomi Indonesiasalah satunya lantaran masyarakat mulai merasa aman untuk kembali beraktivitas, khususnya aktivitas perekonomian.

"Walaupun masih pandemi, ekonomi sudah mulai naik karena sudah 1,5 tahun pandemi. Orang mulai melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kondisi finansial mereka,” kata Kurnia dalam diskusi virtual, Jumat(25/6/2021).

Dalam situasi ini, Kurnia mengatakan reksa dana pasar uang (money market) bisa menjadi pilihan investasi. Dia menuturkan, instrumen ini cukup likuid dibandingkan instrumen investasi lainnya.

"Untuk investasi yang bisa dipilih, memang sekarang masih wait and see. Tapi untuk di money market itu oke. karena prinsipnya untuk atur cash flow,” kata dia.

"Kalau untuk money market tidak perlu harus lihat kondisi market. Itu untuk atur cash flow saja kapan pun bisa masuk dan keluar,” ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Lakukan Diversifikasi

Ilustrasi Investasi Uang Credit: pexels.com/pixabay

Sebagai gambaran, Kurnia menjelaskan untuk dana yang akan dialokasikan untuk tagihan pada waktu mendatang, untuk sementara bisa ditaruh ke pasar modal dan bisa mendapatkan imbal hasil, dibanding hanya mengendap di rekening. Hal ini merujuk pada likuiditas pasar uang yang memungkinkan pencairan dana dilakukan kapan pun.

"Karena ini paling likuid. Jadi kalau masuk hari ini untuk cairnya tempo satu hari kerja. Jadi suka banyak untuk atur casshflow… Jadi sambil nunggu ada returnnya daripada diendapkan di rekening,” kata Kurnia.

Ia menuturkan, underline untuk reksa dana pasar uang ini berupa deposito dan obligasi yang jatuh temponya kurang dari 1 tahun. Asumsinya, obligasi dengan tempo tersebut dinilai memiliki risiko yang lebih kecil.

"Meski begitu, bagi investor yang memiliki alokasi investasi serta toleransi risiko yang lebih tinggi, bisa juga untuk masuk ke pasar saham. Namun sebagai catatan, Kurnia mengatakan investasi idealnya dilakukan secara bertahap, baik di reksa dana maupun pasar saham. Serta sebisa mungkin untuk melakukan diversifikasi investasi.

"Jadi kalau misalkan kemampuan untuk investasinya lebih besar, bisa masuk ke saham. Tapi tetap kita sarankan untuk diversifikasi dan juga averaging. Jadi masuknya bertahap,” pungkas dia.

Baru-baru ini Pemerintah kembali memberlakukan pengetatan PPKM Mikro akibat kasus COVID-19 yang membludak. Hal ini menambah ketidakpastian di pasar modal.

Padahal sebelumnya sempat ada angin segar terkait vaksinasi covid-19 yang digadang-gadang akan menjadi titik balik kebangkitan ekonomi di dalam negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya