Kembangkan Bisnis Bus Listrik, Bakrie & Brothers Siapkan Rp 721,57 Miliar

Presiden Direktur PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), Anindya Novyan Bakrie menuturkan, perseroan tengah menekuni pengembangan industri kendaraan listrik terutama bus listrik.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Jun 2021, 21:39 WIB
Cairan pembersih tangan disediakan di dalam bus listrik Transjakarta di Kantor Pusat Transjakarta, Senin (6/7/2020). Layanan ini akan beroperasi setiap hari, mulai pukul 10.00-20.00 WIB dan berhenti di halte-halte Non-BRT di sepanjang rute Blok M hingga Balai Kota. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) mulai fokus mengembangkan sektor suistanable energy atau energi berkelanjutan. Salah satunya dengan mengembangkan bisnis kendaraan listrik atau electric vehicle terutama bus listrik.

Presiden Direktur PT Bakrie and Brothers Tbk, Anindya Novyan Bakrie menuturkan, perseroan tengah menekuni pengembangan industri kendaraan listrik terutama bus listrik, proyek energi baru terbarukan, dan penjajakan beberapa bisnis berbasis teknologi yang dilakukan antara lain bersama dengan perusahaan venture capital dan private equity, Quantum Venture Fund.

Perseroan sejak 2018 telah menjalin kerja sama dengan BYD Auto untuk mengembangkan industri bus listrik di Indonesia. Perusahaan secara bersama-sama telah menyepakati empat tahap pengembangan serta produksi bus listrik ke depan.

"Tahap pertama, importasi dan unjuk produk. Tahap kedua, penetrasi pasar. Tahap ketiga, melakukan initial commercialization dan manufacturing. Dan Tahap keempat, full commercialization,” ujar Anindya, Jumat (25/6/2021)

CEO PT Bakrie Autoparts, Dino Ryandi menuturkan, pihaknya merintis kendaraan listrik terutama bus listrik ini sejak 2018. Perseroan menyebut inisiatif di bus listrik tersebut sebagai proyek VEKTR.

Bus listrik Bakrie Autoparts-BYD merupakan bus listrik pertama di Indonesia yang telah lulus seluruh ketentuan proses homologasi dan pemenuhan seluruh ketentuan legalitas dan teknis untuk diujicoba secara komersil oleh Transjakarta. Bus ini juga merupakan bus listrik pertama yang telah diujicoba secara komersial di jalur Transjakarta.

"Harapan kami jadi pionir di bisnis ini, meski bukan pertama, tapi kita yakin bisnis pertama yang garap proyek bus listrik bisnis ini secara serius menggunakan standar berlaku oleh agen pemegang merek yang berlaku di Indonesia dan dunia,” ujar Dino saat jumpa pers virtual, Jumat (25/6/2021).

Ia menuturkan, salah satu yang menjadi alasan utama masuk bisnis kendaraan listrik untuk turut berperan mengurangi polusi udara di kota melalui bus. Selain itu, bus listrik ini diharapkan bisa dinikmati seluruh lapisan masyarakat.

Anindya menambahkan, pihaknya menyiapkan modal USD 30 juta atau sekitar Rp 432,86 miliar untuk proyek bus listrik. Akan tetapi, untuk mengembangkan fasilitas kendaraan listrik tersebut, PT Bakrie and Brothers Tbk akan menyiapkan dana investasi USD 50 juta atau sekitar Rp 721,57 miliar (asumsi kurs Rp 14.431 per dolar AS).

Dana investasi untuk melakukan ground breaking fasilitas perakitan kendaraan listrik di atas lahan seluas lima hektar di Bakauheni, Lampung. Fasilitas assembly ini akan berlangsung enam bulan.

"Working capital USD 30 juta. Untuk nanti industrialisasi membuat pabrik melakukan impor substation komponen USD 50 juta. Semua dana ini dapat dari internal generated cash flow, kerja sama dengan perbankan, dan tender financing,” ujar Anindya.

Dino mengatakan, pihaknya sudah mengajukan izin dengan pemerintahan daerah (pemda) Lampung untuk pembangunan fasilitas perakitan kendaraan listrik. Dino menambahkan, groundbreaking fasilitas tersebut dilakukan kuartal III 2021 atau paling lambat kuartal IV 2021. Fasilitas itu diharapkan dapat beroperasi kuartal III 2022.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Gandeng 3 BUMN

Bus listrik TransJakarta melintas di Jalan jenderal Suditman, jakarta, Selasa (10/9/2019). TransJakarta melakukan uji coba tiga bus listrik untuk menguji ketahanan bateri dan beban seberat 16 ton pdi sejumlah jalan protokol ibukota. (HO/Basuki))

Perseroan juga menganndeng tiga BUMN untuk mengembangkan bus listrik tersebut. Dino menuturkan, pihaknya telah teken Memorandum of Understanding (MoU) dengan tiga BUMN antara lain PT Len Industri untuk pasok inverter, kemudian PT Pindad dan PT Barata untuk komponen bus listrik. “Kami punya MoU dengan beberapa karoseri seperti Laksana, dan armada Adiputro,” ujar dia.

Dino menuturkan, pihaknya juga berupaya memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKND). Pihaknya mengikuti skema yang sudah ditentukan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Listrik Berbasis Baterai.

"TKDN lokal diharuskan dalam mobil listrik. Mulai tahun ini 35 persen. Sudah mulai kerja sama buatkan body, dan perakitan lokal untuk capai minimal 35 persen. Akan terus meningkatkan kandungan lokal. Kami kolaborasi dengan produsen komponen lokal dan garap bersama, akan kami integrasikan fasilitas,” ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya