Wall Street Beragam, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor Tersengat Saham Bank

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,3 persen ke posisi tertinggi 4.280,70.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Jun 2021, 06:21 WIB
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Jumat, 25 Juni 2021. Indeks S&P 500 cetak rekor seiring investor menilai inflasi tinggi hanya sementara menyusul pemulihan ekonomi yang berlanjut akibat pandemi COVID-19.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,3 persen ke posisi tertinggi 4.280,70. Sektor saham keuangan mencatat performa terbaik dengan naik 1,3 persen.

Indeks Dow Jones melambung 237,02 poin atau 0,7 persen ke posisi 34.433,84. Indeks Nasdaq melemah 0,1 persen ke posisi 14.360,39 menyusul kenaikan imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik empat poin menjadi 1,52 persen.

Indeks S&P 500 menguat 2,7 persen selama sepekan, dan catat kenaikan terbesar mingguan sejak awal Februari. Indeks Dow Jones mendaki 3,4 persen pada pekan ini, sedangkan indeks Nasdaq naik 2,4 persen.

Pada pekan lalu, indeks saham acuan tersungkur lantaran kekhawatiran the Federal Reserve terhadap kebijakan moneter yang lebih ketat. Pekan lalu, indeks Dow Jones turun 3,5 persen S&P 500 susut 1,9 persen karena the Fed menaikkan timeline untuk kenaikan suku bunga.

Wall street reli setelah indikator inflasi utama yang digunakan the Federal Reserve menetapkan kebijakan naik 3,4 persen pada Mei 2021, dan termasuk peningkatan tercepat sejak awal 1990-an, demikian dari laporan Departemen Perdagangan AS.

Angka tersebut sesuai dengan harapan dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Indeks inti naik 0,5 persen pada Juni, yang sebenarnya di bawah perkiraan 0,6 persen.

Kenaikan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti mencerminkan laju ekspansi ekonomi yang cepat dan tekanan harga yang dihasilkan. Selain itu, memperkuat seberapa jauh negara telah melangkah sejak penutupan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 pada 2020.

"Ini memberikan dukungan pada argument the Fed bahwa inflasi bersifat sementara dan akan membantu menghilangkan ketakutan bahwa kita menyaksikan inflasi yang tidak terkendali. Ini harus terus memberikan dukungan untuk aset berisiko seperti ekuitas,” ujar Analis Senior Commonwealth Financial Network, Anu Gaggar, dilansir dari CNBC, Sabtu (26/6/2021).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Saham Bank Melonjak

Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Saham bank melonjak setelah the Federal Reserve atau bank sentral AS mengumumkan industri perbankan dapat dengan mudah menahan resesi yang parah.

The Federal Reserve dalam rilis hasil stress test tahunannya mengatakan, 23 institusi dalam ujian 2021 tetap "jauh di atas" tingkat modal minimum yang disyaratkan selama hipotetis penurunan ekonomi.

Keputusan itu membuka jalan bagi bank untuk menaikkan dividen dan membeli kembali lebih banyak saham yang ditangguhkan selama pandemi COVID-19.

Saham Wells Fargo naik 2,6 persen, saham Fitch Third dan PNC naik lebih dua persen. Saham JPMorgan dan Bank of America masing-masing naik lebih dari satu persen.

Saham Nike melonjak 15,5 persen sehingga membantu meningkatkan sentiment Dow Jones. Perseroan melaporkan pendapatan yang melampaui perkiraan wall street. Penjualan digital juga melonjak 41 persen sejak tahun lalu dan 147 persen dari dua tahun lalu.


Volume Perdagangan Saham Meningkat

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Volume perdagangan saham juga meningkat seiring FTSE Russell diatur untuk menyeimbangkan kembali indeks saham acuan AS pada penutupan pasar.

Bank of America memperkirakan lebih dari USD 170 miliar saham akan berpindah tangan sebagai akibat dari 625 perubahan total pada indeks Russell termasuk Russell 1000 dan Russell 2000.

Presiden AS Joe Biden mengumumkan Gedung Putih mencapai kesepakatan infrastruktur dengan sekelompok senator bipartisan. Anggota parlemen telah bekerja selama berminggu-minggu untuk menyusun paket sekitar USD 1 triliun yang dapat melalui Kongres dengan dukungan dari kedua belah pihak.

Kerangka kerja tersebut akan mencakup pengeluaran baru sebesar USD 579 miliar untuk transportasi seperti jalan raya, jembatan, kereta api, infrastruktur kendaraan listrik dan angkutan listrik.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya