BEI Ungkap Prospek Ekonomi Baru di Indonesia

Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mengatakan, prospek entitas yang berkaitan dengan new ekonomi cukup positif.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Jun 2021, 18:38 WIB
Suasana kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11). Dari 538 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 181 saham menguat, 39 saham melemah, 63 saham stagnan, dan sisanya belum diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan penyesuaian terhadap perubahan perilaku masyarakat. Termasuk perubahan menuju digitalisasi, utamanya yang didorong pandemi COVID-19.

Sehubungan dengan itu, Komisaris PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir mengatakan, prospek entitas yang berkaitan dengan new ekonomi cukup positif.

"Overall kita harus ikuti zaman, ikuti market yang ada selama ingin menjaga kepentingan saham minoritas,” kata dia dalam The First Indonesia Investor Summit, Sabtu (26/6/2021).

Untuk itu, BEI melakukan perbandingan dengan sejumlah Bursa di negara lain yang mengakomodir perusahaan terkait new ekonomi, seperti teknologi dan e-commerce. Seperti Bursa Amerika Serikat (AS), Hong Kong, dan China.

Saat ini, Pandu mencatat pasar untuk teknologi di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Dalam laporan Fitch Solutions, pertumbuhan pasar TI di Indonesia diperkirakan meningkat pada 2021, ketika ekonomi keluar dari resesi dan vendor TI mendapat manfaat dari sentimen bisnis dan konsumen yang lebih kuat.

Dengan asumsi, vaksinasi dapat segera digulirkan secara merata, dan diharapkan dapat menekan laju penyebaran COVID-19.

"Kami memperkirakan pertumbuhan valuasi pasar TI dalam mata uang Rupiah sebesar 15,6 persen pada 2021, ke nilai Rp 218 triliun. Sementara dalam dolar AS kami memperkirakan pertumbuhan yang lebih cepat sebesar 18,2 persen karena apresiasi rupiah,” tulis Fitch Solutions.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Adopsi Teknologi untuk Kehidupan Sehari-hari

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, Pandu mengatakan baik pemerintah maupun kondisi politik Indonesia atuut mendukung perkembangan dunia digital. Sebagai gambaran, Pandu menyebutkan hadirnya taksi online yang sempat mendapat penolakan dari pelaku taksi konvensional. Namun, yang terjadi setelahnya, malah taksi online kian besar.

"Selain itu, e-commerce dengan kampanye bangga buatan Indonesia. Dalam waktu 1 bulan lebih dari 1 juta UMKM offline masuk online. Akhir 2020, hampir 10 juta UMKM masuk online,” kata Pandu.

Lainnya, yang menarik dari Indonesia selama pandemi, yakni terjadi kemajuan  3-5 tahun yang terjadi di Indonesia. Orang adopsi teknologi untuk kehidupan sehari-hari.

"Ke depannya, karena melihat track record selama 6 tahun terakhir. Investor melihat Indonesia  ini yang paling receptive untuk terima inovasi,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya