6 Fakta Penting soal Covid-19 Varian Delta yang Tengah Jadi Pusat Perhatian

Covid-19 varian Delta menjadi pusat perhatian dunia, termasuk Indonesia. Sebab, kasus varian Delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 27 Jun 2021, 09:40 WIB
Petugas menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) pada layar pemantau di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Sampai hari ini, Posko COVID-19 DKI Jakarta terlah dihubungi 3.580 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Covid-19 varian Delta menjadi pusat perhatian dunia, termasuk Indonesia. Sebab, kasus Covid-19 varian Delta memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan 309 kasus varian baru Covid-19 tersebar di 14 provinsi. Namun, varian Delta lah yang tingkat penularan sangat tinggi sehingga cepat menyebar.

Dari total 309 kasus varian baru Covid-19, 254 di antaranya merupakan varian B16172 asal India atau Delta. Sementara sisanya, 49 kasus varian B117 atau Alfa dan 6 kasus varian B1351 Beta.

"Iya sudah tambah kasus varian Delta jadi 254," kata Nadia, Sabtu (26/6/2021).

Liputan6.com menghimpun sejumlah fakta penting terkait Covid-19 varian Delta ini yang perlu Anda ketahui. Berikut fakta-fakta tersebut:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Menyebar Cepat di 9 Provinsi

Petugas medis menunjukkan sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan, 309 kasus varian baru Covid-19 tersebar di 14 provinsi. Namun, khusus varian Delta yang memiliki tingkat penularan sangat tinggi tersebar di sembilan provinsi.

Sembilan provinsi tersebut adalah DKI Jakarta dengan 96 kasus varian Delta, Jawa Tengah 80, Jawa Barat 48, Jawa Timur 18, Sumatera Selatan 3 dan Kalimantan Tengah 3. Kemudian Kalimantan Timur 3, Banten 2, Kalimantan Selatan 1.

Sementara 49 kasus varian Alfa ditemukan di 10 provinsi. Yakni, DKI Jakarta memiliki 33 kasus varian Alfa, Jawa Barat 6, Jawa Timur 2, Sumatera Utara 2 dan Jawa Tengah 1. Kemudian Sumatera Selatan 1, Bali 1, Kepulauan Riau 1, Riau 1 dan Kalimantan Selatan 1.

Adapun kasus varian Beta hanya tersebar di 3 provinsi yakni DKI Jakarta 4, Jawa Timur 1 dan Bali 1.


2. Menular 5 Detik Tanpa Masker

Siti Nadia Tarmizi membenarkan varian Covid-19 Delta atau B16172 asal India bisa menular dalam hitungan detik. Berdasarkan informasi dari Australia, varian tersebut bisa bertransmisi dalam waktu 5 hingga 15 detik.

"Kalau dari informasi di Australia itu 5-15 detik tanpa masker bisa tertular," katanya kepada merdeka.com, Sabtu (26/6/2021).

 


3. Penularan 6 Kali Lebih Tinggi dari Alfa

Petugas medis melakukan tes swab kepada pengguna KRL Commuter Line dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi terpapar virus corona (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Masih mengutip Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, tingkat penularan Covid-19 varian Delta enam kali lebih tinggi dari varian Alfa atau B117 asal Inggris. Varian Alfa membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk melakukan transmisi.

"Artinya, kecepatan penularan Delta memang enam kali lebih tinggi dari Alfa yang sebelumnya jauh cepat menular," ujarnya.


4. Masih Bisa Dilawan dengan Vaksin yang Ada

Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan tentang penularan varian Covid-19 B16172 asal India atau Delta. Dia menyebut, berdasarkan temuan ahli epidemiologi, varian Delta bisa menular dalam hitungan detik.

"Transmisi kontak sekilas ini telah didukung oleh pernyataan-pernyataan beberapa tokoh. Termasuk Menteri Kesehatan New South Wales Brad Hazzard dan juga ahli epidemiologi dunia Eric Feigl-Ding," katanya melalui akun Twitter @ProfesorZubairi, Sabtu (26/6/2021).

Zubairi mengatakan, jika dilihat secara global, varian Delta memang menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi. Namun, sebagian besar vaksin yang digunakan saat ini masih efektif melawan varian Delta.

"Kabar baiknya, sebagian besar vaksin yang beredar, masih bisa bekerja melawan varian Delta ini," ucap dia.


5. Belum Ada Penelitian Klinis Bisa Menular Saat Berpapasan

Petugas medis melakukan tes swab kepada pengguna KRL Commuter Line dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi terpapar virus corona (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, hingga kini belum ada studi atau penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa Covid-19 varian B.1167.2 atau Delta dapat menular saat berpapasan. Adapun varian asal India ini diketahui memang memiliki tingkat penularan yang lebih cepat.

"Belum (ada) ya (penelitian atau studi ilmiah soal varian Delta bisa menular saat berpapasan). Belum ada rencana (Kemenkes) mengkaji saat ini," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi, Kamis (24/6/2021).

Menurut dia, lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini dikarenakan tingginya mobilitas masyarakat saat libur Lebaran 2021, kerumunan di tempat wisata, dan protokol kesehatan yang kendor. Selain itu, Nadia mengakui kenaikan kasus Covid-19 juga disebabkan munculnya varian baru virus Corona.

"Jelas mobilitas sebagai akibat arus mudik dan arus balik kemarin, kerumumann di tempat wisata, prokes yang kendor dari masyarakat. Ini menambah varian baru menajdi lebih mudah beredar dan akhirnya menjadi tambahan penyebab peningkatan laju penularan," jelas dia.

Nadia pun meminta masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan terhadap protokol kesehatan. Kemudian, melakukan vaksinasi Covid-19 agar terbentuk herd immunity atau kekebalan komunal.

"Antisipasi perkuat 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), testing dini dan segera vaksinasi," ucap Nadia.


6. Perbedaan Klinis dengan Varian Alfa

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Alexander K Ginting menjelaskan perbedaan gambaran klinis varian Delta atau B16172 asal India, varian Alpha atau B117 dari Inggris dengan varian Beta atau B1351 asal Afrika Selatan. Varian Alpha, cenderung menyerang anak muda.

"Kalau varian Alpha lebih banyak flu, lebih banyak anak muda terkena," katanya dalam diskusi virtual, Sabtu (26/6/2021).

Sedangkan varian Delta menyerang semua kelompok umur. Selain itu, varian Delta memiliki karakteristik lebih cepat menular.

"Delta itu (membuat gejala pasien) lebih berat dan lebih cepat (menular). Termasuk juga varian Beta dari Afrika Selatan," ujarnya.

Alex menyebut cara penularan varian Alpha, Delta dan Beta sama dengan virus SARS-CoV-2 yang berasal dari Wuhan, China. Yakni bertransmisi melalui droplet saluran napas, seperti batuk, bersin dan bicara.

Kemudian, bertransmisi ketika seseorang memegang benda atau permukaan yang sudah terkontaminasi varian Delta atau Alpha, lalu menyentuh mulut, hidung dan mata.

"Penularan itu semua sama, maka (protokol kesehatan) 3M (menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun) harus bisa dikerjakan dengan baik," pesannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya