Dinas TPH Jabar Dorong Petani Milenial Juara Budidayakan Tanaman Hias

Dinas TPH Jabar merekomendasikan tanaman hias sebagai komoditas unggulan untuk dikelola petani milenial. Selain bernilai ekonomis tinggi dan tidak perlu lahan luas, tanaman hias juga diminati pasa internasional.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 28 Jun 2021, 10:35 WIB
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jabar Dadan Hidayat.

Liputan6.com, Bandung Komoditas yang ditanam Petani Milenial disesuaikan dengan kebutuhan pasar dan kondisi lahan. Hal itu bertujuan supaya hasil panen petani milenial dapat terserap pasar maupun masuk pasar lokal, untuk substitusi impor, dan pasar global.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Jawa Barat (Jabar) merekomendasikan tanaman hias sebagai komoditas unggulan. Selain bernilai ekonomis tinggi dan tidak memerlukan lahan luas, tanaman hias diminati pasar internasional, seperti Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Siprus, dan Kanada.

Kepala Dinas TPH Jabar Dadan Hidayat mengatakan, peluang pasar ekspor yang besar dapat memicu petani milenial untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tanaman hias.

"Ini dapat mencetak petani milenial yang unggul. Mereka termotivasi untuk membudidayakan tanaman hias dengan sebaik-baiknya. Karena untuk menembus pasar ekspor, kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, harus dijaga," kata Dadan di Kota Bandung, Minggu (27/6/2021).

 


Rekomendasi Tanaman Hias untuk Petani

Selain memiliki peluang pasar, tanaman hias juga cukup efisien secara modal juga luas lahan. Karena dengan luas shade house hanya 12 meter persegi, juga modal usaha kurang lebih Rp50 juta, jika dihitung setiap bulan, bisa menghasilkan rata-rata sekitar Rp10-16 juta untuk keuntungan petani milenial.

Dadan menuturkan, pihaknya menyiapkan 16 jenis tanaman hias sebagai rekomendasi untuk petani milenial. Mulai dari aglaonema pictum, cyrtosperma goeldiana, dracaena jiewhoei, homalomena merah, homalomena hijau, homalomena Papua, piper Papua, sampai raphidophora tenuis hijau.

"Karena offtaker, dalam komoditas tanaman hias yakni CV Minaqu Indonesia, yang akan membeli kembali, pasti offtaker-nya akan memberi bibit itu yang sesuai dengan spesifikasi. Jadi kalau masalah bibit dan benih yang menyiapkan adalah offtaker-nya," tuturnya.  

"Bibit digaransi dan disiapkan yang terbaik karena offtaker juga harus mengisi peluang pasarnya. Kalau bicara pasar ekspor ada 3K yang harus dipertahankan yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas," tambahnya. 

 


Dinas TPH Jabar Beri Pendampingan

Dinas TPH Jabar sendiri sudah menyelesaikan pembekalan teknis dan dinamika kelompok untuk petani milenial dengan komoditas tanaman hias di dua lokasi, yakni Satpel BPBH Margahayu Lembang dengan  jumlah peserta sebanyak 198 orang, dan BPBH Pasir Banteng Jatinangor dengan jumlah peserta 179 orang. 

Menurut Dadan, pihaknya dan offtaker sudah menyiapkan sekitar 250 bibit pohon induk. Selain pemberian bibit, Dinas TPH Jabar dan offtaker akan memberikan pendampingan. Tujuannya untuk memastikan proses budidaya sesuai dengan ketentuan-ketentuan untuk budidayanya.

"Mereka sudah mengumpulkan berkas pengajuan KUR bjb, dan saat ini akan segera diverifikasi oleh pihak bjb. Setelah verifikasi selesai dan KUR didapatkan, mereka akan langsung membudidayakan tanaman hias," katanya.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya