Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 sepertinya telah menyoroti ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi perubahan drastis dalam sejumlah sektor. Walau sektor manufaktur mungkin memiliki ekspansi positif pada Oktober 2020, ekonomi Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan satu sektor untuk mencapai 4,5% pada akhir 2021 dan di atas 5,0% pada 2022 seperti yang direncanakan.
Dalam diskusi daring Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dengan judul 'Indonesia's 6-Month Economic and Political Review 2021' yang diselenggarakan pada Senin (28/6/2021), Donny Agustiady, Direktur PwC Indonesia serta penasehat senior FPCI mengatakan bahwa dalam dua bulan ini, "sepertinya Indonesia maju satu langkah dan mundur dua langkah" dalam mengatasi COVID-19.
Advertisement
Membahas krisis ekonomi, Abdoulaye Sy, seorang Ekonom dalam World Bank menjelaskan bahwa "krisis telah berdampak parah pada perusahaan dan rumah tangga yang lebih rentan".
"Misalnya, penjualan ritel turun hampir 45% di antara perusahaan mikro kecil," jelasnya.
"Meskipun itu juga berdampak pada perusahaan yang lebih besar, dampaknya lebih parah di perusahaan yang lebih kecil."
Situasi
Sy lanjut menjelaskan bahwa walau inflasi di Indonesia masih dibawah target, kredit Indonesia belum bertambah meskipun kebijakan moneter melonggar.
"Kita tahu dari data perbankan bahwa bank secara keseluruhan dalam situasi yang relatif sehat," katanya. "Kualitas aset kuat, likuiditas berlimpah, pencadangan justru meningkat."
Ia juga mengatakan bahwa situasi pertumbuhan kredit di Indonesia unik dibandingkan dengan negara lain.
Namun, ia mengatakan hal tersebut juga bisa terjadi karena permintaan kredit yang rendah.
"Baik karena perusahaan memiliki sumber pendanaan lain mungkin dari rantai pasokan mereka, atau mereka menggunakan pendapatan pemgembalian mereka dari masa lalu untuk mengatasi krisis," katanya.
"Bisa juga karena kekhawatiran atas utang yang tinggi."
Untuk menangani situasi COVID-19 di Indonesia, ia mengatakan bahwa "meningkatkan pengujian, penelususan, dan isolasi" adalah hal yang perlu disoroti karena dengan mengimplementasikan hal tersebut adalah "hal penting untuk menahan pandemi sambil meminimalkan disfungsi ekonomi".
"Semua alat itu harus digunakan dalam kombinasi untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan gangguan ekonomi," jelasnya saat membahas tentang program vaksinasi, pengujian, penelusuran, serta pembatasan terkait dengan COVID-19.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement