Liputan6.com, Situbondo - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, menginstruksikan pembacaan burdah keliling dan salawat nariyah, seiring terus meningkatnya kasus Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Ketua PCNU Kabupaten Situbondo Muhyiddin Khotib mengatakan, instruksi pembacaan burdah keliling atau syair tentang sanjungan atau selawat kepada Nabi Muhammad SAW ditujukan kepada pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) dan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU), termasuk para guru ngaji, takmir masjid, dan mushalla se-Kabupaten Situbondo.
"Berdasarkan petunjuk, arahan dan harapan para ulama dan masayyikh di Situbondo, maka kami instruksikan untuk membaca burdah dan selawat nariyah serentak, mulai Minggu (27/6) dari kabupaten hingga tingkat desa," kata Kiai Muhyiddin, di Situbondo, Senin, 28 Juni 2021, dilansir dari Antara.
Baca Juga
Advertisement
Pembacaan burdah merupakan atau salawat kepada Nabi Muhammad SAW, katanya, kerap dibaca oleh kaum Nahdliyin, dengan maksud untuk memperoleh rahmat Allah SWT.
"Dengan membaca burdah dan salawat kami optimistis, berkat syafaat Nabi Muhammad, berkahnya para sahabat, dan ulama. Insya-Allah Allah akan menurunkan Rahmatnya," tuturnya.
"Qasidah burdah ini sudah menjadi budaya warga NU sejak dulu. Oleh karenanya, saya bersama pengurus PCNU bersepakat untuk melakukan burdah keliling, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini
2 Pendekatan NU
Kiai Muhyiddin menjelaskan, burdah keliling yakni membaca burdah di setiap musala dan masjid-masjid mulai dari tingkat kabupaten hingga tingkat RT, menggunakan pengeras suara, sehingga warga tak harus hadir ke musala atau masjid, bisa mengikuti di rumah masing-masing.
"Burdah keliling ini untuk memagari desa. Dengan harapan, mudah-mudahan dengan gerakan batin ini, sesuatu yang mewabah saat ini bisa diangkat oleh Allah SWT," tuturnya.
Ia menambahkan NU memiliki dua pendekatan untuk menghadapi pandemi COVID-19, yaitu lahiriah dengan mematuhi protokol kesehatan dan dengan doa. Tidak bisa menolak terhadap putusan Tuhan kecuali dengan doa.
"Jadi, burdah ini bagian dari mujahadah atau upaya keras dan bersungguh-sungguh yang harus dilakukan secara bersama-sama atau berjamaah. Jamaah itu menunjukkan kebersamaan dalam memuji Allah. Dalam satu keterangan dijelaskan, tidaklah duduk 40 orang lebih dalam satu majelis, kecuali Allah akan mengabulkan doanya. Karena 40 orang yang berkumpul itu, sama nilainya dengan satu orang kekasih Allah," paparnya.
Advertisement