Varian Lambda, Varian Virus Corona Baru yang Jadi Perhatian WHO

WHO telah memasukkan varian Lambda dari COVID-19 sebagai variants of interest

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 29 Jun 2021, 10:33 WIB
Ilustrasi virus corona (Foto oleh CDC dari Pexels).

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan satu lagi varian SARS-CoV-2 atau virus Corona penyebab COVID-19 ke dalam variants of interest, yaitu varian Lambda.

Dikutip dari laman resmi WHO pada Selasa, 29 Juni 2021, virus Corona varian Lambda memiliki nama ilmiah C.37, dan pertama kali diidentifikasi di Peru pada Desember 2020.

Menurut WHO, isolat SARS-CoV-2 dapat dimasukkan dalam VOI jika (dibandingkan isolat referensi) genomnya memiliki mutasi dengan implikasi fenotipik yang telah ditetapkan atau diduga, dan salah satu dari:

- Telah diidentifikasi menyebabkan beberapa penularan komunitas/beberapa kasus/klaster COVID-19, atau telah terdeteksi di banyak negara, atau

- Dinyatakan sebagai VOI oleh WHO yang berkonsultasi dengan WHO SARS-CoV-2 Virus Evolution Working Group.

Secara keseluruhan sudah ada 7 variants of interest (VOI) COVID-19 yang dilaporkan oleh WHO. Selain Lambda, varian yang masuk kategori VOI lainnya adalah Epsilon, Zeta, Eta, Theta, Iota, dan Kappa.

Sementara, untuk varian virus corona COVID-19 yang masuk ke dalam variants of concerns (VOC) hingga sejauh ini adalah Alpha, Beta, Gamma, dan Delta.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini


Pertama Kali Diidentifikasi di Peru

Maria Medina berdiri di samping tangki oksigennya yang kosong saat dia menunggu toko isi ulang dibuka, Callao, Peru, Senin (25/1/2021). Di tengah pandemi COVID-19, beberapa orang mengatakan mereka telah antre sehari sebelumnya untuk menjadi yang pertama saat toko buka. (AP Photo/Martin Mejia)

Dikutip dari Xinhua, sampai pada pertengahan Juni lalu, WHO melaporkan bahwa varian Lambda sudah diidentifikasi di 29 negara, terutama di wilayah Amerika Selatan.

Varian Lambda dimasukkan ke dalam VOI karena adanya peningkatan prevalensi di Amerika Selatan.

Sejak April 2021, Lambda dikabarkan telah menyebar di Peru, di mana 81 persen kasus COVID-19 terkait dengan varian ini.

WHO menyebutkan, garis keturunan Lambda memiliki mutasi yang dapat mungkin bisa meningkatkan penularan atau memperkuat ketahanan virus terhadap antibodi.

Namun menurut WHO, bukti mengenai dua hal tersebut masih sangat terbatas. Sehingga diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami varian Lambda dengan lebih baik.


Belum Terbukti Sebabkan Sakit Lebih Parah

Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (kuning) muncul dari permukaan sel (merah muda) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Sementara, dikutip dari laman pemerintah Inggris, gov.uk, Public Health England (PHE) menemukan ada enam kasus varian Lambda yang ditemukan di Inggris, dan semuanya terkait dengan perjalanan ke luar negeri.

"Saat ini tidak ada bukti bahwa varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah atau membuat vaksin yang saat ini digunakan menjadi kurang efektif," tulis PHE pada 25 Juni 2021 lalu.

Mereka juga menyatakan telah melakukan studi laboratorium untuk lebih memahami dampak mutasi pada perilaku virus.

"Semua intervensi kesehatan masyarakat yang tepat akan dilakukan, termasuk pelacakan kontak tambahan dan pengujian yang ditargetkan," kata PHE.


Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia

Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya