Liputan6.com, Abu Dhabi - Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab yang kaya minyak, telah mengumumkan bahwa berbagai tempat umum akan segera dapat diakses, hanya oleh mereka yang sudah melakukan suntik vaksin Virus Corona COVID-19.
Langkah itu diambil dalam upaya untuk mendorong lebih banyak orang untuk suntik vaksin COVID-19.
Advertisement
Mengutip Associated Press, Selasa (29/6/2021), pemerintah Emirat pada Senin 28 Juni mengatakan bahwa mulai 20 Agustus, pihak berwenang akan mulai membatasi akses ke pusat perbelanjaan, restoran, kafe, kegiatan olahraga, museum, pusat kebugaran, sekolah dan universitas. Mereka yang tidak disuntik vaksin COVID-19 akan secara efektif dilarang memasuki bisnis apa pun di kota kecuali supermarket dan apotek.
Abu Dhabi telah meluncurkan sistem green pass, yang membatasi akses publik ke mereka yang telah menerima suntikan atau dapat menunjukkan hasil negatif dari tes COVID-19.
Sistem itu diluncurkan ketika negara tersebut semakin mempertaruhkan pembukaan kembali ekonominya pada kampanye vaksinasi COVID-19 cepatnya. Pemerintah mengatakan setidaknya 93% populasi Abu Dhabi telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Pusat perjalanan tetangga Dubai, rumah bagi maskapai penerbangan jarak jauh Emirates, juga telah memberlakukan beberapa pembatasan vaksinasi pada hiburan massal dan acara olahraga. Namun, mal dan bisnis lainnya tetap terbuka untuk yang tidak divaksinasi.
UEA membanggakan salah satu kampanye inokulasi tercepat di dunia, dengan 15,1 juta dosis diberikan kepada populasinya yang berjumlah sekitar 9 juta. Negara ini sangat bergantung pada vaksin COVID-19Sinopharm yang didukung negara China.
Kasus COVID-19 di UEA Sebagian Besar Terkait Varian Beta, Delta, dan Alpha
Kasus baru Virus Corona di Uni Emirat Arab sebagian besar berasal dari varian yang lebih menular yang menyebabkan kenaikan dalam kematian terkait COVID-19.
Uni Emirat Arab, dengan populasi sekitar 9 juta jiwa, telah melakukan salah satu kampanye vaksinasi COVID-19 tercepat di dunia.
Namun, kasus COVID-19 di negara Teluk Arab itu telah meningkat selama sebulan terakhir--tercatat ada lebih dari 2.000 infeksi baru dalam sehari, meskipun masih lebih rendah dibanding data pada Februari 2021.
Pada 26 Juni 2021, UEA juga mencatat 10 kematian terkait COVID-19--jumlah harian tertinggi sejak Maret 2021, menurut pelacak COVID-19 kantor berita Reuters.
National Emergency Crisis and Disaster Management Authority (NCEMA) juga mengatakan bahwa kenaikan kematian itu disebabkan oleh penyebaran COVID-19 varian Beta, Delta dan Alpha.
Varian Beta, adalah varian COVID-19 paling dominan di UEA. Terhitung 39,2 persen dari kasus, kata NCMA di laman Twitter mereka.
Sementara varian Delta mencapai 33,9 persen.
Sebanyak 113 persen kasus COVID-19 di UEA merupakan varian Alpha. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Senin 28 Juni 2021.
Advertisement