Pemerintah Ethiopia Umumkan Gencatan Senjata di Wilayah Tigray

Pemerintah Ethiopia belum mengkonfirmasi kekalahan di kota itu, hampir delapan bulan setelah pasukannya menggulingkan pemberontak Tigray.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 29 Jun 2021, 11:54 WIB
Pengungsi Ethiopia beristirahat di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Liputan6.com, Tigray - Pemerintah Ethiopia telah mengumumkan gencatan senjata di wilayah Tigray yang dilanda perang, sementara pihak pemberontak mengklaim kendalinya atas ibu kota regional Mekelle.

Warga melaporkan adegan kegembiraan dengan ribuan orang di jalan-jalan mengibarkan bendera dan menyalakan kembang api, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (29/6/2021).

Pemerintah Ethiopia belum mengkonfirmasi kekalahan di kota itu -- hampir delapan bulan setelah pasukannya menggulingkan pemberontak Tigray.

Konflik tersebut telah mendorong kawasan tersebut ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam.

Lebih dari lima juta orang sangat membutuhkan bantuan pangan, kata PBB, dengan 350.000 menghadapi kelaparan.

Kepala badan kemanusiaan PBB Mark Lowcock mengatakan ada kelaparan di Ethiopia utara setelah rilis analisis situasi yang didukung PBB.

Analisis yang tidak dipublikasikan oleh sejumlah badan PBB dan kelompok-kelompok bantuan tersebut memperkirakan, terdapat sekitar 350.000 orang di wilayah Tigray, Ethiopia, berada dalam kondisi kelaparan.

Tak hanya itu, Tigray juga telah hancur oleh pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak, dengan 1,7 juta orang mengungsi.

"Ada kelaparan sekarang." Ia juga menambahkan, "Ini akan menjadi jauh lebih buruk."

 


Krisis Pangan Ditahap Bencana

Pengungsi Ethiopia berjalan di wilayah Qadarif, Sudan, Rabu (18/11/2020). Badan Pengungsi PBB mengatakan konflik yang berkembang di Ethiopia telah mengakibatkan ribuan orang melarikan diri dari wilayah Tigray ke Sudan. (AP Photo/Marwan Ali)

Menurut analisis, yang dilansir dari BBC, situasi pangan di wilayah tersebut telah mencapai tingkat "bencana", yang didefinisikan sebagai kelaparan dan kematian yang mempengaruhi sekelompok kecil orang yang tersebar di wilayah yang luas.

Program Pangan Dunia PBB (WFP), Organisasi Pangan dan Pertanian dan badan anak-anak UNICEF ​​semuanya menyerukan tindakan segera untuk mengatasi krisis.

Analisis - atau Klasifikasi Fase Terpadu (IPC) seperti yang diketahui - tidak didukung oleh pemerintah Ethiopia, yang bersikeras bahwa akses kemanusiaan sedang diperluas karena memulihkan ketertiban di seluruh wilayah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya