Liputan6.com, Jakarta - Keliling Indonesia boleh jadi bucket list tidak sedikit pelancong saat kondisi sudah lebih baik, dan mewujudkannya dengan mengubah bus jadi "rumah berjalan" tentu bukan ide yang buruk. Bak campervan, Keluarga Cekidot memilih cara tersebut untuk menyambangi destinasi demi destinasi di dalam negeri.
Kepala keluarga itu, Detie, menjelaskan ide berpetualang tersebut datang karena dirinya suka traveling. Bersama keluarga kecil yang terdiri dari istri dan anak berusia empat tahun, mereka melakukan perjalanan mulai dari Jawa Barat hingga sekarang berada di Sidoharjo, Jawa Timur.
"Dari dulu kita suka traveling menggunakan mobil, kebetulan juga memang sering nonton bush live, jadi kami terinspirasi dari situ awalnya. Kami memutuskan membangun motor home untuk menemani perjalanan dan sekalian sebagi tempat beristirahat selama perjalanan," kata Detie pada Liputan6.com melalui saluran telepon, baru-baru ini.
Baca Juga
Advertisement
Ia menyebut sudah melakukan perjalanan selama tiga bulan, sejak Ramadan hingga sekarang. Mereka berkendara ke timur melalui lintas selatan. "Saat mengunjungi daerah, kami mendapatkan hal baru mengenai kuliner, lingkungan, dan budaya di beberapa daerah, Namun, yang lebih penting, edukasi tentang bagaimana bisa mengenal lingkungan sekitar saat sedang bersandar," tambahnya.
Soal persiapan, ia menyebut setidaknya ada tiga hal yang mesti dimantapkan. Pertama mental diri sendiri. Kemudian, komitmen dengan keluarga, dan, terakhir, finansial. "Kalau bicara total pengeluaran, kita belum kalkulasi pembelian sampai sekarang. Namun, untuk mengeluarkan biaya fasilitas perjalanan sebesar Rp300 juta dalam pembelian unit (bus)," jelasnya.
Detie menyebut punya usaha di bidang olahraga bela diri. Ia merupakan pemilik beberapa tempat latihan olahraga bela diri seperti, tinju dan muay thai, di beberapa tempat di Jakarta, Bekasi, Depok, dan baru dibangun di Bali.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pengalaman Berkeliling Daerah
Selama perjalanan, ada satu tempat favorit Keluarga Cekidot, yakni di Karapyak Pangandaran, tepatnya di Desa Bagalo. Mereka menyukai daerah tersebut karena sangat bersih.
"Selama perjalanan, jujur kami menikmati segalanya dari alam lingkungan dan keramahan warga, salah satunya di Desa Bagalo. Penataaan desa di sana dari rumah ke rumah warga sangat bagus, dengan rumput tipis dan beberapa bunga seperti di Jepang, ditambah kami merasa nyaman dan aman," terangnya.
Dalam menikmati perjalanan ke beberapa daerah, Keluarga Cekidot kerap mengalami masalah teknis pada kendaraan, termasuk kehabisan bahan bakar. Meski begitu, mereka menikmati perjalanan yang notabene bisa leluasa untuk berpindah.
Detie menjelaskan, jika merasa kurang nyaman, mereka biasanya hanya akan tinggal satu malam. "Kalau sudah mulai nyaman bisa dua sampai tiga malam, bahkan pernah sampai seminggu. Paling kalau kita ingin mobile menggunakan motor ke mana-mana, tapi tempat tinggal kami tetap di situ, jadi bus kami dilengkapi motor yang ditaruh di bagian belakang," jelasnya.
Advertisement
Pembatasan Perjalanan
Bus itu sendiri dijelaskan bisa menampung barang-barang kebutuhan rumah tangga, seperti layaknya rumah, bahkan ada dapur dan kulkas untuk menyimpan makanan. "Selayaknya rumah, ada perlengkapan tidur dan toilet di dalamnya," jelas Detie.
Berjalan di masa pandemi, Keluarga Cekidot mengaku telah menerapkan protokol kesehatan sesuai aturan pemerintah. Mereka mengutamakan perlindungan dengan menggunakan masker, selalu menyediakan hand sanitizer, dan menjaga jarak.
Pembatasan perjalanan disebut belum dirasakan Keluarga Cekidot. "Kalau kita kena pembatasan ya kami mengikuti peraturan apakah disuruh putar balik dan cari jalan lain, tergantung lapangan nanti," jelas Detie
"Tapi, sampai detik ini, kami belum menemukan pembatasan. Kami juga istilahnya pergi bukan berwisata. Kami datang lebih memilih tempat menyediri yang sepi dan bukan tempat keramaian," tutupnya. (Muhammad Thoifur)
Infografis Daripada Jemput Virus Corona, Mendingan Liburan di Rumah
Advertisement