Liputan6.com, Jakarta- Ratusan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Faat 2 Banggo, Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) kini bisa belajar dengan nyaman dan tenang. Tak perlu lagi khawatir kepanasan atau kehujanan saat sedang menuntut ilmu karena kondisi gedung sekolah yang tidak memadai.
Program bantuan pembangunan sekolah dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI membawa senyum bagi anak-anak MI Al-Faat.
Advertisement
Muhasir, Ketua Yayasan Pendidikan Al-Faat Dompu NTB, yang mengelola MI Al-Faat 2 Banggo, bercerita jika yayasan tersebut mulai berdiri pada 2005. Kemudian resmi mendapatkan izin operasional dari pemerintah pada 2008.
Berdirinya yayasan pendidikan ini, merupakan gagasan dari almarhum Ayah Muhasir bernama Abdul Malik. Sang ayah kala itu melihat jika di daerahnya belum ada sarana pendidikan Islam berdiri.
Sang ayah pun melakukan riset untuk memastikan jika keberadaan lembaga pendidikan Islam dasar memang benar-benar dibutuhkan masyarakat setempat.
Ternyata, para tokoh-tokoh agama di sekitar turut mendukung dibangunnya lembaga pendidikan Islam setara Sekolah Dasar (SD) di daerahnya.
“Ternyata hasil analisis ayah saya, di desa ini perlu. Karena Desa Banggo ini ada 11 dusun tapi belum ada Madrasah Islam," kata Muhasir kepada Liputan6.com, Rabu (30/6/2021).
Namun, saat itu ayah Muhasir memiliki keterbatasan biaya untuk bisa membangun gedung madrasah secara permanen. Bersyukur, atas bantuan swadaya masyarakat dan modal pribadi, dibangunlah sebanyak 4 ruang kelas meski sederhana.
Ruang yang hanya menggunakan papan dan dinding yang terbuat dari bambu atau bedeg dan beralaskan tanah.
“Bangunannya belum bangunan permanen, masih pakai papan dan bedeg dan masih beralaskan tanah untuk 4 kelas untuk menampung siswa kelas 1 sampai kelas 6, tapi kami hanya bisa membangun dengan swadaya dan uang pribadi itu hanya 4 kelas saja,” ungkapnya.
Di ruang kelas sederhana ini, para siswa berseragam putih dan merah menempa ilmu agama dan pengetahuan lainnya.
Seiring berjalannya waktu, jumlah siswa terus bertambah. Tentunya hal itu menjadi tantangan bagi pengelola dengan kondisi jumlah kelas yang terbatas.
Kendati begitu pengelola yayasan tak pendek akal, demi menampung semua siswa belajar maka diterapkan sistem rolling atau bergantian.
Sebagian siswa belajar di bawah rindangnya pohon taman madrasah. Sementara sebagian lagi belajar di dalam kelas. Bahkan terkadang para siswa belajar secara massal.
“Kadang-kadang kami belajar di pohon yang tumbuh di pekarangan sekolah. Kalau kelas 1-2 gabung, kadang-kadang kalau matahari tidak terlalu panas kita ajak mereka belajar di luar kelas selama beberapa tahun, cukup efektif kok yang terpenting anak-anak bisa belajar sambil bermain,” ujar Muhasir.
Saksikan Video Ini
Bantuan BRI
Kabar baik datang di tahun 2020. Berkat bantuan CSR dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, 170 siswa bisa belajar dengan nyaman usai mendapatkan tambahan 2 kelas baru.
Bantuan ini berawal pada 2019, saat Muhasir mendapat bantuan pembangunan sekolah dari BRI Peduli yang dipergunakan untuk membuat gedung sekolah lebih layak pakai. Pembangunan kelas pun disegerakan agar pendidikan siswa tak terhenti.
“Prosesnya 2 bulan lebih untuk ruangan 2x7 bagi kelas 5 dan 6. Proses pembangunannya sudah pakai tembok dan ada lantainya, pokoknya standar bangunan sekolah lainnya,” kata Muhasir.
Para siswa pun bergembira karena bisa belajar dengan tenang tanpa gangguan. Bila biasanya ketika cuaca panas mereka sering harus menahan panas karena atap terbuat dari seng, begitupun ketika musim hujan, muncul bocor di mana-mana, tambahan ruang kelas baru membuat kegiatan belajar jadi nyaman. Para siswa bisa menuntut ilmu dengan tenang dan menjadi lebih efektif.
“Kalau sekarang karena sudah permanen dan bangunan baru sehingga anak-anak lebih termotivasi untuk belajar termasuk guru-guru lebih nyaman dalam mengajarnya,” ujarnya.
Selama pandemi, sistem belajar mengajar menerapkan sistem ganjil genap, yakni genap (Senin, Rabu, dan Jumat) untuk kelas 1,3, dan 5. Berikutnya, genap (Selasa, Kamis, Sabtu) untuk siswa kelas 2, 4, dan 6.
Hal itu dilakukan untuk mengikuti himbauan dari Pemerintah, selain itu agar para siswa bisa belajar dengan aman dan nyaman.
"Kami melakukan kerjasama dengan komite dan orang tua, agar sekolahnya tidak lama di kelas sekitar 3 jam saja kemudian disuruh pulang. Kami menerapkan sistem ganjil genap, ganjil senin rabu jumat untuk kelas 1, 3 dan 5, kalau genap selasa kamis sabtu kelas 2,4 dan 6. Sehingga ruangannya bisa kami pakai semua. Karena posisi duduk siswa kita jaga jarak,” pungkasnya.
Muhasir mengaku sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih yang besar atas bantuan dari BRI. Ke depan, dia masih berharap BRI bisa merenovasi 4 ruang kelas lainnya yang belum layak.
Atau BRI bisa memberikan bantuan lain berupa lemari, kursi, meja, dan lemari untuk menyimpan buku bahan ajar para siswa di kelas.
Corporate Secretary BRI, Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan, bantuan renovasi sekolah merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan BRI untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
BRI terus aktif mengambil peran memajukan pendidikan di Indonesia, salah satunya dengan membantu memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak agar Sekolah menjadi rumah yang aman dan tempat belajar yang nyaman bagi generasi penerus bangsa.
“Kami menyasar sekolah-sekolah di berbagai pelosok daerah Indonesia. Harapannya, bantuan ini bisa memberikan solusi bagi ketersediaan infrastruktur sekolah yang lebih memadai sehingga akhirnya Sekolah bisa menciptakan SDM Unggul bagi kemajuan bangsa’ ungkap Aestika.
Advertisement