Liputan6.com, Jakarta Imbauan terus berada di rumah selama pandemi COVID-19 membuat anak terutama yang sudah sekolah mau tak mau akrab dengan gawai karena school from home. Ini sebabnya, penting bagi orangtua menerapkan pola asuh digital agar aank tidak kecanduan gawai.
"Pengasuhan digital bukan sekadar memasang fitur parenting control, tapi tetap perlu pendampingan secara psikologis," kata psikolog dari Ikatan Ahli Psikologi Indonesia, Meriyati dalam sebuah webinar.
Advertisement
Bukan cuma orangtua, orang dewasa di sekitar anak seperti kakek, nenek, pengasuh juga menerapkan pola asuh digital.
"Jangan malu bertanya kalau merasa gaptek," kata Meriyati mengutip Antara.
Bila orangtua atau pengasuh gagap teknologi (gaptek) hal ini akan membuat anak mencari jawaban dari sumber lain yang tidak terjamin keamanannya. Ada risiko anak terpapar konten-konten negatif yang tidak diinginkan.
Simak Juga Video Berikut
Konsisten Tegakkan Aturan
Tegakkan aturan secara konsisten agar tercipta kebiasaan baik, seperti aturan berapa lama anak boleh bermain gawai dalam satu hari. Sosialisasikan dengan orang-orang terdekat seperti kakek dan nenek agar sama-sama berkomitmen menjalankan pola asuh digital.
Internet dan gawai adalah pisau bermata dua dengan banyak manfaat sekaligus risiko. Tanpa pendampingan dari orang dewasa, anak bisa terkena dampak negatif seperti kesehatan mental terganggu akibat perundungan siber, kecanduan, kecemasan, kurang konsentrasi hingga tidak bisa jadi diri sendiri karena setiap orang bisa punya persona yang diinginkan di dunia maya.
Buatlah komunikasi dua arah, ketika menerapkan aturan kepada anak, beri pengertian mengapa anak harus mematuhinya, apa saja dampak positif dan negatif dari aturan tersebut.
Dengan pola asuh ini, orangtua tetap mendengarkan dan memberi ruang untuk anak berpendapat sehingga mereka tumbuh jadi mandiri, tapi tetap ada batasan dan kendali.
Advertisement