Liputan6.com, Jakarta - Otoritas kesehatan Kuba mengatakan bahwa vaksin Abdala yang diproduksi di dalam negerinya telah terbukti 92% efektif melawan Virus Corona COVID-19, dalam uji klinis.
Dalam upaya ambisiusnya untuk membuat vaksin mandiri, Kuba telah menamai salah satu vaksin COVID-19 lokalnya Abdala, setelah sebuah syair dramatis terkenal oleh pahlawan kemerdekaan dan ikon negara tersebut, Jose Marti.
Advertisement
Dalam syair itu, Abdala yang merupakan seorang pahlawan muda, juga berjuang mempertahankan tanah airnya dengan penuh semangat patriotik, tanpa peduli seberapa kuat musuh yang berada di depan.
Dari perspektif banyak orang Kuba, nama tersebut dianggap sempurna untuk vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan di Amerika Latin.
Nama tersebut juga dianggap merupakan gambaran sempurna untuk kisah negara kecil berpenduduk 11 juta penduduk yang tidak dapat dipatahkan oleh virus mematikan dan blokade ekonomi selama 60 tahun oleh Amerika Serikat.
Kuba bahkan memiliki ilmuwan-ilmuwan ternamanya sendiri.
Salah satunya adalah Gerardo Enrique Guillen Nieto, Direktur Penelitian Biomedis di Pusat Rekayasa Genetika dan Bioteknologi (CIBG) di Havana, yang merupakan tempat dikembangkannya vaksin Abdala.
"Kami telah bekerja penuh waktu sejak awal pandemi, setiap Sabtu, setiap Minggu, dari pagi hingga larut malam, tanpa istirahat sedikit pun," kata ilmuwan tersebut dalam sebuah cuplikan video di televisi lokal.
"Dan kami sangat gembira karena hasilnya melebihi semua harapan kami. Kami tahu vaksinnya sangat bagus, hasilnya bahkan melebihi harapan kami," ungkap Guillen Nieto, demikian seperti dilansir dari laman Deutsche Welle (DW), Rabu (20/6/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Kuba Mulai Program Vaksinasi COVID-19 Pada Mei 2021
Menurut perusahaan biotek yang dikelola negara, BioCubaFarma, vaksin Abdala telah terbukti sekitar 92,28% efektif melawan COVID-19 dalam uji klinis, yang akan menempatkannya di jajaran yang sama dengan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Vaksin buatan Kuba tersebut disebut sebagai vaksin protein, bukan vaksin vektor ataupun vaksin dengan teknologi mRNA. Vaksin itu membawa sebagian protein spike yang digunakan oleh virus untuk mengikat sel manusia. Ia merapat ke reseptor protein spike dari virus itu sendiri, sehingga memicu reaksi kekebalan.
Para ilmuwan menggunakan ragi, sebagai domain pengikat reseptornya.
Pemerintah Kuba telah meluncurkan program vaksinasinya pada pertengahan Mei 2021 dengan menggunakan Abdala dan vaksin lokal kedua bernama Soberana 2, meski uji coba tahap ketiganya belum selesai.
Vaksin ini pun menjadi vaksin pertama di Kuba sejak negara tersebut menolak mengimpor vaksin dari Rusia atau China.
Kuba juga telah memutuskan untuk tidak bergabung dengan inisiatif COVAX yang didukung PBB - sebuah proyek global yang bertujuan untuk menyebarkan vaksin COVID-19 ke negara-negara di dunia secara adil.
"Kami tahu bahwa pada akhirnya kami selalu harus mengandalkan diri sendiri, pada kekuatan dan kemampuan kami sendiri," kata Guillen Nieto, menyinggung isolasi politik yang disebabkan oleh embargo AS.
"Hasilnya adalah sistem perawatan kesehatan yang tidak hanya bebas biaya tetapi juga dikendalikan secara terpusat, dan yang telah menyempurnakan kemampuan untuk merespons bencana dengan cepat, baik itu dengan uji klinis, kampanye vaksinasi atau bahkan produksi vaksin," jelasnya.
Advertisement
Suntikan Vaksin Abdala Diberikan dalam 3 Dosis
Menurut Guillen Nieto, 2,2 juta orang di Kuba telah menerima vaksin dosis pertama mereka, sementara 1,7 juta sudah menerima dosis kedua dan 900.000 orang menerima dosis ketiga.
Abdala diberikan dalam tiga dosis, dengan jangka waktu dua pekan setiap suntikan.
Berdasarkan rencana ambisius pemerintah Kuba, 70% dari populasi negara itu harus menerima suntikan vaksin COVID-19 mereka pada bulan Agustus 2021.
Hal ini dikarenakan Kuba yang berpacu dengan waktu mengingat infeksi COVID-19 terus meningkat, dengan lebih dari 2.000 kasus per hari. Hampir 1.200 orang telah meninggal karena Virus Corona di Kuba.
"Di sini ada tingkat kepercayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem kesehatan Kuba," kata Guillen Nieto.
"Misalnya, kami tidak pernah kesulitan menemukan sukarelawan dalam hal uji klinis. Di Kuba, orang sangat ingin divaksinasi. Tidak seorang pun di sini akan berpikir untuk tidak disuntik karena semua orang tahu betapa pentingnya vaksinasi," ungkapnya.
Panel ahli independen di Havana sekarang akan meneliti vaksin Abdala, dan persetujuan darurat resmi diharapkan bisa didapat dalam dua pekan ke depan.
Setelah itu, Kuba juga dapat mengajukan permohonan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk persetujuan Abdala untuk penggunaan internasional. Bolivia, Jamaika, Venezuela, Argentina dan Meksiko telah mengisyaratkan minat mereka pada vaksin tersebut.
Ahli Epidemiologi Asal Peru Yakini Efikasi Vaksin Abdala
Jose Moya, seorang dokter asal Peru yang memulai karirnya sebagai seorang epidemiologi 30 tahun lalu membagikan pendapatnya soal vaksin Abdala.
Seorang dokter yang selama dua tahun terakhir menjadi perwakilan dari PAHO (Pan American Health Organization) di Kuba – yang merupakan sebuah organisasi regional WHO dengan 27 kantor negara – mengungkapkan kepercayaannya pada angka efikasi vaksin Abdala.
"Institut Penelitian CIGB memiliki pengalaman 30 tahun dalam penelitian vaksin. Saya percaya hasil yang telah dipublikasikan itu. Ini adalah studi serius, dengan partisipasi para peneliti dan lembaga yang berkomitmen pada sains," kata Moya.
Moya pun pernah bekerja untuk Doctors Without Borders di Guatemala, Mozambik, dan Nigeria itu.
Ia melanjutkan, bahwa bukti terbaik adalah fakta bahwa 80% dari semua vaksin Kuba diproduksi di dalam negeri.
Ditambahkannya juga bahwa, efikasi tinggi vaksin Abdala bukan sesuatu yang mengherankan, dan hanyalah konsekuensi logis dari sistem perawatan kesehatan yang telah berkinerja baik selama beberapa dekade.
Di sisi lain, Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel enggan untuk memberikan banyak komentar soal hasil uji klinis dari vaksin Abdala.
Baginya, dorongan negara untuk mengejar solusi dalam negeri daripada mengimpor vaksin asing adalah sebuah kemenangan bagi industri biotek Kuba.
"Keberhasilan ini hanya bisa dibandingkan dengan kebesaran pengorbanan kita. Ini adalah contoh kebanggaan sebuah negara memperlakukan industri farmasinya, yang telah hidup dengan embargo ekonomi AS sejak tahun 1962," ujar Presiden Miguel Diaz-Canel.
Advertisement