Dibanting Berkali-kali Saat Latihan Judo, Bocah 7 Tahun di Taiwan Meninggal Dunia

Pada April 2021 kejadian itu bermula. Usai tak sadarkan diri, bocah 7 tahun itu dilarikan ke rumah sakit Taiwan dan disebut telah mengalami pendarahan otak yang parah.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 30 Jun 2021, 18:00 WIB
Ilustrasi Judo (Photo by Samuel Castro on Unsplash)

Liputan6.com, Taipei - Seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun di Taiwan yang dibanting ke lantai sebanyak 27 kali selama latihan judo dilaporkan meninggal dunia.

Pada April 2021 kejadian itu bermula. Usai tak sadarkan diri, ia dilarikan ke rumah sakit dan disebut telah mengalami pendarahan otak yang parah, demikian dikutip dari laman BBC, Rabu (30/6/2021).

Anak laki-laki, yang belum diidentifikasi ini kemudian mengalami koma, sebelum akhirnya dinyatakan meninggal. Pelatih anak laki-laki itu, yang berusia 60-an, telah didakwa atas tuduhan serangan fisik yang mengakibatkan cedera serius, menurut situs berita lokal Taipei Times.

Pelatih Judo, yang diidentifikasi dengan nama keluargan Ho, awal bulan ini sempat dibebaskan dengan jaminan NT$ 100.000 atau setara Rp 52 juta.

Bocah tujuh tahun itu menghadiri kelas judo pada 21 April di bawah pengawasan pamannya, yang dilaporkan merekam aksi ini di kelas untuk menunjukkan kepada ibunya bahwa judo berpotensi tidak cocok untuk anaknya.

Video menunjukkan dia dilempar beberapa kali oleh teman sekelas yang lebih tua selama latihan.

Dia terdengar berteriak dalam video tetapi pelatihnya memerintahkan dia untuk berdiri dan memberitahu anak laki-laki yang lebih tua untuk terus membantingnya, sebelum akhirnya si pelatih juga ikut-ikutan membanting tubuh bocah ini.

Dia akhirnya pingsan, meskipun keluarganya mengatakan pelatihnya menuduhnya berpura-pura tidak sadar.

Ada pertanyaan mengapa pamannya tidak menghentikan pelatih Judo, tetapi para ahli di Taiwan mengatakan ada gagasan lama tentang rasa hormat dan penghormatan terhadap guru -- yang terkadang berarti menerima otoritas mereka terlepas dari keadaannya.

 


Curahan Hati Ibu

Ilustrasi Menangis dan Ekspresi Sedih Credit: pexels.com/pixabay

Ibu anak laki-laki itu mengatakan kepada wartawan bahwa pamannya merasa "takut atas apa yang terjadi".

Belakangan diketahui bahwa pelatih tersebut tidak memiliki izin.

"Saya masih ingat pagi itu ketika saya mengantarnya ke sekolah," kata ibunya.

"Dia berbalik dan berkata, 'Mama selamat tinggal'. Pada malam hari, dia menjadi seperti ini."

Pada Selasa (29/6) pukul 21:00 waktu Taipei, Rumah Sakit Fengyuan mengumumkan bahwa tekanan darah dan tingkat detak jantungnya menurun.

Di media sosial Taiwan, ada curahan kesedihan dengan banyak yang mengatakan, "tidak ada rasa sakit sekarang, adikku".

Yang lain menyerukan tindakan lebih keras untuk diambil terhadap pelatih dan kompensasi diberikan kepada orang tua anak laki-laki itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya