Jokowi Yakin Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen di Kuartal II, Ekonom Pesimis

Presiden Jokowi optimis pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa menyentuh 7 persen.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 30 Jun 2021, 20:05 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers tentang pengembangan dan pembuatan vaksin COVID-19 harus ikuti prosedur dan kaidah ilmiah di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/3/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis Indonesia akan keluar dari jurang resesi di kuartal II 2021, meski saat ini masih berjuang dengan kenaikan kasus Covid-19. Menurut prediksinya, pertumbuhan ekonomi di kuartal II bisa menyentuh 7 persen.

Namun, proyeksi tersebut dinilai ketinggian. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai target itu tidak realistis. Terlebih ledakan kasus Covid-19 terjadi pada waktu puncak Lebaran Idul Fitri 2021.

Saat ledakan kasus Covid-19 terjadi, kebijakan PPKM mikro yang diterapkan pemerintah membuat masyarakat mulai kembali mengurangi belanja. Sehingga, Bhima menyatakan, konsumsi rumah tangga sebagai komponen terbesar PDB yang sebelumnya sempat meningkat kembali turun.

"Artinya kalau hanya andalkan dari sisi ekspor mungkin akan positif, tapi positifnya tidak setinggi 7 persen. Saya perkirakan untuk kuartal II positifnya hanya 2-4 persen. Dan kuartal III akan kembali negatif kalau gini ceritanya," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (30/6/2021).

Catatan lainnya, Bhima memaparkan, pendapatan masyarakat selama satu tahun terakhir mengalami penurunan tajam. Kebijakan PPKM darurat yang akan dicanangkan per 3 Juli nanti otomatis akan menyulitkan masyarakat untuk membeli kebutuhan pokok.

Kemudian, Bhima melanjutkan, support dari belanja pemerintah seperti realisasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN) masih kecil sekali, hanya sekitar 30-40 persen.

"Berarti satu semester realisasi PEN masih sangat rendah. Untuk spesifik, alokasi perlindungan sosial untuk memompa daya beli masyarakat kelas bawah, itu pun berkurang 31,2 persen dibandingkan realisasi tahun 2020," urainya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Terlalu Tinggi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak negara-negara anggota D-8 terus mendorong akses yang adil terhadap vaksin Covid-19.

Senada, Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah memandang target pertumbuhan ekonomi 7 persen pada kuartal II 2021 masih terlalu tinggi.

Utamanya akibat masih adanya pengetatan sosial dalam bentuk PPKM mikro yang marak diterapkan di sejumlah daerah pada akhir triwulan kedua tahun ini.

"Pertumbuhan ekonomi di triwulan dua memang tidak banyak terdampak pengetatan PPKM karena pengetatan itu dilakukan diujung Juni. Pertumbuhan ekonomi triwulan dua tetap akan positif. Tapi saya meyakini tidak akan mencapai 7 persen. Saya perkirakan dikisaran 3-4 persen," terangnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya