Liputan6.com, Utrecht - Menurut penelitian, virus COVID-19 umum terjadi pada kucing dan anjing peliharaan yang pemiliknya menderita penyakit tersebut.
Dikutip dari BBC, Kamis (1/7/2021), tes PCR yang diambil dari 310 hewan peliharaan di 196 rumah tangga di mana infeksi manusia telah terdeteksi, enam kucing dan tujuh anjing memiliki hasil positif sementara 54 hewan lainnya dinyatakan positif memiliki antibodi virus itu.
Advertisement
"Jika Anda memiliki COVID-19, Anda harus menghindari kontak dengan kucing, atau kucing Anda seperti yang Anda lakukan terhadap orang lain," menurut Dr Els Broens, dari Universitas Utrecht.
"Perhatian utama bukanlah kesehatan hewan tetapi potensi risiko bahwa hewan peliharaan dapat bertindak sebagai reservoir virus dan membawanya kembali ke populasi manusia."
Penulis penelitian tersebut mengatakan tidak ada bukti penularan dari hewan ke pemilik yang tercatat hingga saat ini, tetapi akan sulit untuk dideteksi saat virus masih menyebar dengan mudah di antara manusia.
Hewan Juga Menunjukan Gejala
Sebagian besar hewan peliharaan yang terinfeksi cenderung tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala COVID-19 ringan.
Para peneliti dari Universitas Utrecht mengirim klinik hewan keliling ke rumah tangga di Belanda yang telah dites positif COVID-19, di beberapa titik dalam 200 hari terakhir.
Tes PCR diambil dari kucing dan anjing peliharaan untuk menguji bukti infeksi saat ini, sementara sampel darah juga diuji untuk antibodi yang menunjukkan paparan COVID-19 sebelumnya.
Hasil yang dipresentasikan pada Kongres Mikrobiologi Klinis dan Penyakit Menulat Eropa menunjukan 4,2% bukti infeksi saat ini, 17,4% dinyatakan positif antibodi, dan tes lanjutan menunjukkan semua hewan PCR-positif yang sembuh terus mengembangkan antibodi.
Mereka mengatakan rute penularan virus yang paling mungkin adalah dari manusia ke hewan -- bukan sebaliknya.
"Kami tidak bisa mengatakan ada risiko nol persen pemilik tertular COVID-19 dari hewan peliharaan mereka," jelas Dokter Hewan di Pusat Diagnostik Mikrobiologi, Dr Broens.
"Saat ini, pandemi masih didorong oleh infeksi dari manusia ke manusia, jadi kami tidak akan mendeteksinya."
Dokter hewan di Rusia telah mulai memvaksinasi beberapa hewan untuk melawan COVID-19. Tetapi, Dr Broens mengatakan, "Saya tidak melihat bukti ilmiah untuk itu sekarang."
"Tampaknya tidak mungkin hewan peliharaan berperan dalam pandemi ini."
Sebuah studi terpisah yang dilakukan oleh University of Guelph di Ontario, Kanada, menemukan kucing yang tidur di tempat tidur pemiliknya tampaknya memiliki risiko infeksi tertentu.
Sebanyak 48 kucing dan 54 anjing dari 77 rumah tangga diuji antibodi COVID-19 dan pemiliknya bertanya tentang interaksi emreka dengan hewan peliharaan mereka.
Sekitar 67% dari kucing yang dimiliki dan 43% dari anjing yang dimiliki dinyatakan positif, dibandingkan dengan 9% dari anjing dan kucing dari penampungan hewan dan 3% dari kucing liar di daerah tersebut.
Seperempat hewan peliharaan menunjukkan gejala penyakit, mulai dari kehilangan nafsu makan hingga kesulitan dalam bernapas.
Walaupun sebagian besar kasus hanya menunjukan gejala ringan, tiga di antaranya parah.
Penulis penelitian mengatakan biologis kucing dapat membuat mereka lebih rentan terhadap virus tersebut.
Kucing juga lebih cenderung tidur di dekat wajah pemiliknya daripada anjing, sehingga meningkatkan potensi paparan mereka terhadap infeksi apa pun.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement