Surge Targetkan Pembangunan 580 Edge Data Center hingga Akhir 2021

Dua Edge Data Center di Stasiun Manggarai dan Stasiun Cikarang diharapkan beroperasi pada Agustus 2021.

oleh Arief Rahman H diperbarui 02 Jul 2021, 12:45 WIB
Ilustrasi data center Space DC (Foto: Space DC)

Liputan6.com, Jakarta - PT Solusi Sinergi Digital (Surge) berencana membangun ribuan edge data center di titik stasiun kereta api untuk mendukung percepatan ekonomoni digital di Indonesia.

Hingga akhir tahun 2021, Surge menargetkan bakal membangun 580 edge data center atau pangkalan data kapasitas kecil sebagai tahap awal.

Pangkalan data kapasitas kecil tersebut akan menyasar stasiun kereta dan gudang Koperasi Unit Desa (KUD). Tujuannya, agar data center lebih mudah diakses oleh pengguna di kota kecil itu.

Diharapkan, pembangunan infrastruktur ini tak hanya dapat mengakomodir potensi konektivitas dan ekonomi digital di kawasan industri, bisnis, dan pemerintahan.

Tapi juga mampu menjangkau wilayah tempat tinggal, pelaku usaha UMKM hingga masyarakat kalangan menengah ke bawah secara umum di kota-kota besar dan kecil di Pulau Jawa. 

CEO Surge, Hermansjah Haryono, mengatakan pertumbuhan startup dan enterpreneurship tidak terlepas dari dukungan konektivitas dan infrastruktur lainnya.

“Didukung ekosistem Surge seperti kabel fiber optic berkapasitas besar sepanjang rel kereta api, dan ribuan lokasi gudang hasil kolaborasi dengan INKUD yang tersebar di pelosok Pulau Jawa,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima, Jumat (2/7/2021).

Pembangunan akan menyasar lokasi stasiun dan gudang sebagai Point of Presence (POP). Pada tahap awal hingga akhir tahun 2021, ada 580 stasiun kereta dan 1000 gudang KUD yang akan dibangun edge data center.

Ada dua tipe edge data center yang akan dibangun Surge, yakni dengan ukuran 2x3 meter dan 4x6 meter yang akan mencakup ruang data dengan total kapasitas 2-20 rak server dengan total kapasitas daya listrik 100 kWh - 300 kWh.

“Pembangunan edge data center klasifikasi Tier 2 ini akan memiliki sumber daya cadangan yang dilengkapi generator backup dan Uninterruptible Power Source (UPS),” tuturnya.


Internet Exchange

Surge memberikan akses WiFi gratis di ruang publik (Foto: Surge)

Didukung oleh kabel fiber optik yang sedang dibangun sepanjang jalur kereta api, egde data center ini juga dapat digunakan sebagai Internet Exchange (IX) dengan teknologi Content Delivery Network (CDN).

Teknologi CDN dapat dimanfaatkan untuk mendukung konektivitas yang lebih baik dan stabil bagi para operator OTT (Over The Top) di Indonesia maupun pengguna akhir (end-customer).

Edge data center Surge akan memudahkan pertukaran data secara lokal, akses streaming ke aplikasi media dan hiburan yang stabil dengan experience jauh lebih baik, tanpa banyak buffering atau lagging dan tentunya harga terjangkau.” kata Hermansjah.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bisnis Surge, Martha Rebecca, mengatakan edge data center yang dibangun nantinya tak hanya menopang potensi konektivitas kota besar atau kawasan industri, tapi juga berbagai pihak di lingkup kecil pemerintah daerah.

“Internet Service Provider lokal, startup asal daerah, kantor anak cabang perusahaan, UMKM retail online, software house hingga game developer lokal, untuk bersama-sama memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang Surge bangun,“ katanya.

Pengembangan pangkalan data ini ini semakin melengkapi layanan konektivitas yang dihadirkan sekaligus mendorong Surge sebagai pengelola tunggal dan eksklusif infrastruktur digital secara end-to-end mulai dari gelaran serat optik hingga data center.

 


Model Colocation

Pembangunan pangkalan data ini rencananya akan mengadopsi model colocation server yang memberikan akses langsung kepada para pengguna seperti UMKM yang ingin go-online atau startup lokal dapat menyewa rack (rak server) di edge data center milik Surge.

Lokasi pangkalan data yang dibangun lebih dekat dengan pengguna ini akan menghadirkan koneksi yang jauh lebih stabil, latency lebih rendah dalam operasional bisnis sehari-hari. Surge juga akan menyediakan layanan cloud dengan virtual private server dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada dibangun.

“Dengan berbagai layanan ini, para pengguna di kota kecil dapat memperoleh banyak keuntungan dengan harga lebih terjangkau dan tentunya tak kalah kompetitif dengan infrastruktur yang tersedia di kota-kota besar,” tambah Martha.

Sebagai informasi, riset Alpha-JWC dan Kearney pada 2021 menjelaskan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia ke depan akan ditopang konsumen di luar kota besar.

Misalnya pada wilayah penopang kota besar di lingkup Tier-2 dan Tier-3. Dengan adanya infrastruktur digital di kota-kota kecil tersebut, diharapkan akan memberikan kontribusi sebesar 30-50 persen ekonomi digital pada 2025.

Berbagai dukungan tersebut sangatlah penting mengingat riset yang sama menyebutkan potensi kota penopang dapat menyumbang kontribusi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional sebesar 3-5 persen, atau menambahkan  sekitar USD 46 triliun hingga USD 77 triliun pada 2030.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya