Liputan6.com, Jakarta - Serangan asteroid adalah yang membuat dinosaurus punah 66 juta tahun yang lalu. Namun, studi baru menunjukkan bahwa mereka mengalami menurunan sebanyak sepuluh juta tahun sebelum asteroid seukuran satu kota menghantam pantai yang sekarang disebut sebagai Meksiko.
Dikutip dari CNN, Kamis (1/7/2021), asteroid yang membunuh tiga perempat kehidupan di Bumi tersebut menciptakan kawah Chicxulub.
Advertisement
Para peneliti melihat total 1.600 fosil dinosaurus yang mewakili 247 spesies untuk menilai keanekaragaman spesies dan tingkat kepunahan untuk enam keluarga dinosaurus.
"Kami melihat enam keluarga dinosaurus yang paling melimpah di seluruh periode Kapur, mulai dari 150 hingga 66 juta tahun yang lalu, dan menemukan bahwa mereka semua berevolusi dan berkembang dan jelas menjadi sukses," kata penulis utama studi, Fabien Condamine, seorang peneliti dari Institut des Sciences de l'Evolution de Montpellier di Prancis dalam rilis berita.
"Kemudian, 76 juta tahun yang lalu, mereka menunjukkan penurunan mendadak. Tingkat kepunahan mereka meningkat dan dalam beberapa kasus, tingkat asal spesies baru turun."
Penulis studi yang diterbitkan pada Selasa 29 Juni 2021 di jurnal Nature Communications mengatakan bahwa pendinginan iklim global selama periode Kapur Akhir -- seratus hingga 66 juta tahun yang lalu -- mungkin telah berkontribusi pada penurunan dinosaurus yang bukan unggas.
Mereka juga mengatakan bahwa keluarga dinosaurus yang sangat sukses seperti hadrosaurus mungkin telah mengungguli herbivora lainnya, yang menyebabkan penurunan keanekaragaman dinosaurus tersebut.
Hilangnya Herbivora Membuat Ekosistem Rentan
Para peneliti menggunakan teknik pemodelan komputer yang memperhitungkan ketidakpastian termasuk catatan fosil yang tidak lengkap untuk mendapatkan hasil yang paling mungkin.
"Dalam analisis, kami mengeksplorasi berbagai jenis kemungkinan penyebab penurunan dinosaurus," kata Mike Benton, rekan penulis studi lainnya dan profesor dari Fakultas Ilmu Bumi Universitas Bristol.
"Menjadi jelas bahwa ada dua faktor utama, pertama bahwa iklim secara keseluruhan menjadi lebih dingin, dan ini membuat hidup lebih sulit bagi dinosaurus yang mungkin mengandalkan suhu hangat."
Kemudian, hilangnya herbivora membuat ekosistem tidak stabil dan rentah terhadap kepunahan.
Alfio Alessandro Chiarenza, seorang ahli paleontologi dan peneliti di University of Vigo, Spanyol, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa para penulis terlalu mementingkan tren pendinginan menjelang akhir periode Cretaceous.
Ia mengatakan bahwa dinosaurus telah melewati fluktuasi iklim yang sama selama 165 juta tahun mereka menjelajahi Bumi.
Joseph Bonsor, kandidat doktor di University of Bath, yang merupakan penulis studi yang menemukan bahwa dinosaurus tidak keluar sebelum asteroid menghantam, mengatakan faktor pembatas utama dalam jenis pekerjaan ini adalah sifat tidak merata dari catatan fosil -- studi ini sebagian besar mengandalkan fosil Amerika Utara.
"Ada bias besar dalam catatan fosil karena sejumlah faktor -- terutama geografis dan ekonomi, tetapi juga bias yang lebih pribadi seperti ahli paleontologi yang fokus mencari satu spesies misalnya, seperti Tyrannosaurus."
"Fakta bahwa beberapa kelompok ilmuwan yang mengerjakan pertanyaan yang sama persis pada saat yang sama dapat menghasilkan hasil yang sangat berlawanan semakin memperkuat hal ini, bahwa ada kebutuhan besar untuk pengumpulan data lebih lanjut, yaitu menggali lebih banyak dinosaurus dan mencari tahu di mana mereka berada. hidup dan seberapa sukses mereka sebenarnya."
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement