Per 1 Juli, Wisatawan Bisa ke Phuket Thailand Tanpa Karantina COVID-19

Mulai 1 Juli 2021, wisatawan dapat mengunjungi Phuket, Thailand, tanpa karantina untuk pertama kalinya sejak ditutup pada Maret 2020.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 02 Jul 2021, 20:25 WIB
Foto dari udara menunjukkan patung Buddha Raksasa di Phuket, Thailand, 14 September 2020. Phuket, pulau terbesar di Thailand, terletak di pantai barat negara tersebut di Laut Andaman. (Xinhua/Zhang Keren)

Liputan6.com, Jakarta - Mulai 1 Juli 2021, wisatawan dapat mengunjungi Phuket, Thailand, tanpa karantina COVID-19 untuk pertama kalinya sejak ditutup pada Maret 2020.

Dilansir dari CNBC, pulau terbesar Thailand tersebut bisa didatangi pelancong dengan syarat vaksinasi.

Pemerintah setempat sebelumnya fokus pada upaya vaksinasi terpadu untuk mengimunisasi 70 persen populasi di Phuket. Namun bulan ini, 74 persen masyarakat Phuket telah divaksinasi.

Meski media lokal mempertanyakan angka tersebut karena secara nasional tingkat vaksinasi Thailand baru sekitar 4 persen. Akan tetapi, kasus COVID-19 yang dikonfirmasi telah turun secara dramatis di Phuket. Pulau itu mencatat kasus harian satu digit minggu ini, sementara Thailand secara keseluruhan melaporkan total kasus harian tertinggi ketiga, yaitu 5.406 infeksi pada 27 Juni.

Rencana percontohan tersebut dinamakan skema Sandbox yang banyak dibahas di Thailand, mengubah Phuket menjadi tempat pengujian protokol kesehatan. Dan kemungkinan akan diperkenalkan ke daerah lain di Thailand dan kawasan Asia Tenggara tahun ini.

 

Simak Video Berikut Ini:


Aturan ketat

Meski turis bisa masuk tanpa karantina, ada sejumlah aturan yang harus dipatuhi. Menurut Tourism Authority of Thailand (TAT), pengunjung harus menunjukkan :

1. Sertifikat vaksinasi dengan vaksin yang disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau otoritas kesehatan Thailand, diberikan tidak kurang dari 14 hari sebelum tiba, serta diperbolehkan membawa anak-anak

2. Tes RT-PCR negatif (diambil dalam 72 jam setelah keberangkatan)

3. Polis asuransi kesehatan tidak kurang dari $100,000 yang mencakup masa inap

4. Persetujuan yang disebut Certificate of Entry untuk masuk

5. Bukti pembayaran untuk menginap 14 malam dan tes COVID yang diperlukan, atau jika menginap kurang dari dua minggu, pelancong juga harus menunjukkan penerbangan keberangkatan yang dikonfirmasi dari Thailand

6. Bukti bahwa turis menghabiskan 21 hari sebelumnya di negara berisiko rendah atau berisiko sedang yang diuraikan dalam daftar yang sebagian besar berbahasa Thailand di situs web Departemen Pengendalian Penyakit Thailand

Setibanya di sana, wisatawan harus menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengunduh aplikasi pemantauan bernama ThailandPlus. Mereka juga harus mengikuti dan membayar tes COVID-19 dan menunggu hasilnya di hotel mereka. Tes tambahan diperlukan pada hari ke-6 atau ke-7, dan bagi mereka yang tinggal lebih lama, lagi pada hari ke-12 atau ke-13.

Mereka yang dites negatif dapat dengan bebas melakukan perjalanan di sekitar Phuket, dan setelah 14 hari, ke bagian lain Thailand, asalkan mereka mempraktikkan jarak sosial, tunduk pada pemeriksaan suhu dan memakai masker, menurut situs web otoritas pariwisata.

Adapun keharusan memakai masker antara lain di tempat umum, seperti pantai dan di dalam mobil.

Wisatawan juga harus membayar di muka dan menginap di hotel atau homestay yang telah disertifikasi sebagai “SHA+” yang menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi langkah-langkah Safety and Health Administration dan memvaksinasi lebih dari 70% karyawan.

Sementara bagi yang dites positif akan dirujuk ke fasilitas perawatan kesehatan tertentu untuk perawatan medis dengan biaya sendiri, dikutip dari situs web TAT.

 


Phuket lebih populer dibandingkan Roma

Menurut sebuah laporan oleh perusahaan konsultan Euromonitor International berjudul “Top 100 City Destinations”, Phuket adalah kota ke-15 yang paling banyak dikunjungi di dunia pada 2019, dengan hampir 11 juta kedatangan. Di atasnya (No.14) ada Mumbai dan Roma (No.16) urutan di bawahnya.

Terlepas dari popularitas pulau itu, pembukaan kembali Phuket diperkirakan tidak akan terjadi. Wabah COVID-19 di Thailand terus naik-turun, serta peraturan yang berubah-ubah, sehingga memengaruhi persetujuan pemerintah untuk mencoba skema Sandbox, sehingga menghalangi turis yang kemungkinan telah membuat rencana lain.

Namun, jika dilihat dari negara-negara lain, bahkan negara tetangga, kemungkinan banyak yang enggan untuk terbang, terutama pada jenis penerbangan jarak jauh yang diperlukan untuk mencapai Thailand dari Amerika Serikat atau Eropa. Pariwisata di Asia Tenggara manapun juga belum dimulai kembali sejak karantina yang ketat dan kampanye vaksinasi yang lamban, sehingga mengakhiri prospek pariwisata musim panas ini.

Bahkan menurut United Nations World Tourism Organization, itu bukan kabar baik bagi Thailand, karena hampir 72% pengunjung semalam pada 2019 berasal dari Asia. Hampir seperempat dari semua turis ke Thailand berasal dari China, yang belum mengizinkan penduduknya untuk bepergian secara bebas untuk wisata rekreasi.

Sekitar 1.500 orang diperkirakan akan tiba di Phuket, yang jauh dari rata-rata harian 25.000 wisatawan yang diterimanya sebelum pandemi, dikutip dari Bangkok Post. Namun menurut pejabat Thailand, ini justru adalah awal dan salah satu yang diharapkan untuk segera ditiru di lokasi lain.

Selain Phuket, Pulau Koh Samui, Koh Pha Ngan dan Koh Tao telah disetujui untuk dibuka kembali bagi wisatawan yang divaksinasi pada 15 Juli di bawah skema serupa. Daerah budaya Chiang Mai, sebuah kota di utara negara itu, akan segera menyusul.

Jika skema sandbox Thailand terbukti berhasil, negara-negara lain dapat menerapkan tindakan serupa, kata Jade Chandhakant, direktur regional situs pemesanan Trip.com untuk Thailand dan Vietnam.

“Seluruh industri perjalanan akan mengantisipasi dibukanya kembali Phuket. Kami berharap pembukaan kembali Phuket akan menandai dimulainya lebih banyak skema sandbox yang akan datang dan ini akan menjadi cara yang aman untuk melanjutkan pariwisata rekreasi di Asia Tenggara,” katanya.

Adapun kemungkinan Thailand mendorong pembukaan kembali tidak peduli hasilnya. Seperti kata Perdana Menteri Prayut Chan-ocha pada 16 Juni bahwa ia menetapkan tujuan untuk membuka seluruh Thailand pada pertengahan Oktober.

Ia mengutarakan kalau Thailand tidak bisa menunggu hingga semua orang divaksinasi sepenuhnya dengan dua suntikan untuk membuka negara atau ketika dunia bebas dari virus.

“Saya tahu keputusan ini memiliki beberapa risiko karena ketika kita membuka negara akan ada peningkatan infeksi, tidak peduli seberapa baik tindakan pencegahan kita. Waktunya sekarang telah tiba bagi kita untuk mengambil risiko yang diperhitungkan itu,” katanya.


Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19

Infografis Yuk Kenali Cara Kerja Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya