Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) mencapai 6,61 persen per Mei 2021.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makrorudensial BI Juda Agung mengatakan, pertumbuhan KPR ini didorong oleh berbagai kebijakan yang dikeluarkan BI bersama regulator lainnya.
Advertisement
"Kita lihat di sektor properti pertumbuhannya meningkat, lebih tinggi dibanding kredit total yang masih terkontraksi -1,28 persen," ujar Juda dalam taklimat media, Jumat (2/7/2021).
Juda melanjutkan, penjualan properti turut mengalami pertumbuhan sebesar 13 persen di kuartal I 2021. Untuk rumah tipe menengah juga mengalami pertumbuhan di atas 20 persen dibandingkan triwulan IV 2020 dimana pertumbuhannya negatif.
Adapun, kebijakan yang dikeluarkan BI yaitu berupa pelonggaran loan to value (LTV) dan penurunan suku bunga kredit. Perbankan telah melakukan penyesuaian terhadap ketentuan LTV. Pelaku pasar melihat sentimen positif di sektor properti tahun ini.
Suku bunga KPR juga tercatat menurun sejak 2016 di kisaran 10,78 persen berangsur menjadi 8,26 persen per 21 Mei 2021.
"Penurunan suku bunga KPR itu lumayan besar dari sebelumnya. Di 2019 kita masih di atas 9 persen sekarang 8,26 persen," jelas Juda.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan KPR Tak Mampu Dongkrak Pemulihan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan mengklaim berbagai pelonggaran kebijakan moneter di sektor otomotif dan properti telah berdampak pada peningkatan kredit. KPR tercatat mengalami peningkatan dengan tumbuh 6,61 persen.
"Pertumbuhan KPR tumbuh 6,61 persen sejalan dengan implementasi LTV oleh Bank Indonesia dan insentif pajak oleh pemerintah," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur, Jakarta, Kamis (17/6/2021).
Perry mengaku peningkatan kredit ini masih belum cukup untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Namun, angka 6,61 persen ini dinilai lebih baik daripada sektor lainnya yang belum begitu agresif.
"Dibandingkan sektor-sektor lain, 6,61 persen itu sudah beberapa hasil positif dari sinergi," kata dia.
Untuk itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan terus melakukan sinergi ke sektor-sektor lain. Misalnya UMKM agar terus mendapatkan dukungan dari pemerintah. Khusus UMKM, bank sentral akan mengeluarkan rasio kebijakan inklusif sebagai bentuk sinergi dengan pemerintah.
"Kami di Juli akan mengeluarkan rasio kebijakan inklusif UMKM sebagai sinergi BI, OJK dan pemerintah untuk mendorong sektor hotel, restoran dan kafe dan akan terus bergerak dari sektor ke sektor," kata dia.
Sehingga pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan membaik dan mendorong pemulihan ekonomi nasional. Tentunya di tengah proses vaksinasi yang dilakukan pemerintah dan disiplin protokol kesehatan.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement