Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini terlihat bendera putih berkibar di sejumlah rumah Malaysia. Mereka bersuara meminta makanan dan bantuan lainnya di tengan lockdown atau penguncian pandemi Covid-19 terbaru di Negeri Jiran tersebut.
Aksi serupa juga pernah melanda negara-negara Amerika Selatan, seperti Guatemala dan El Salvador tahun lalu. Sedangkan di Malaysia sedang tren kampanye di media sosial dengan #benderaputih.
Dikutip dari laman AsiaOne Minggu, 4 Juli 2021, penggerak komunitas mengatakan kepada This Week in Asia bahwa kampanye itu sebagai tanda dari keputusasaan ekonomi yang tengah dialami oleh ratusan ribu keluarga berpenghasilan rendah di Malaysia. Hal tersebut terjadi karena situasi krisis kesehatan masyarakat,
Baca Juga
Advertisement
Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin mengumumkan serangkaian langkah-langkah kemunculan varian terbaru virus corona di Malaysia. Untuk mengurangi kasus penyebarannya, pemerintah melakukan lockdown yang diberlakukan mulai 1 Juni 2021.
Hingga saat ini kasus harian di Malaysia turun di bawah 4.000, menurut Penjabat Kantor Berita. Dalam masa lockdown, pemerintah Malaysia telah menyediakan anggaran negara sebesar 150 miliar ringgit atau sekitar Rp.520 triliun yang akan dialokasikan langsung ke kelompok berpenghasilan rendah dan menengah.
Kepala rumah tangga di sana masing-masing akan menerima sekitar 1.300 ringgit atau Rp.4,5 juta. Namun, yang membuat kecewa para penerima bantuan pemerintah tahap pertama adalah belum bisa dicairkan sampai Agustus 2021, padahal banyak yang membutuhkan bantuan segera.
Kasus harian pengidap Covid-19 belakangan memang sudah menurun. Namun kasus bunuh diri justru meningkat. Sampai 1 Juli 2021, ada 468 orang telah bunuh diri selama lima bulan pertama tahun ini. Sedangkan di tahun lalu ada total ada 631 kasus bunuh diri.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
PM Ma;aysia Dikecam
Beberapa anggota parlemen yang bersekutu dengan aliansi Perikatan Nasional pimpinan Muhyiddin, memiliki akses lebih banyak dana untuk membantu konstituen. Mereka telah dikecam sebagai antitesis terhadap permohonan pemerintah untuk persatuan di tengah krisis.
Para kritikus mengecam Muhyiddin dan para koleganya karena memprioritaskan kekuasaan di atas mata pencaharian masyarakat. Kelvin Yii, seorang anggota parlemen dari koalisi oposisi Pakatan Harapan, mengkritik pemerintah karena tidak bertindak cukup cepat untuk melawan keputusasaan ekonomi.
Ia mengatakan, bantuan ekonomi baru akan sedikit membantu karena "uang tunai baru akan tiba pada bulan Agustus," sementara orang orang sebenarnya sudah banyak menderita dan sekarat. "Mereka mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya karena mereka tidak diizinkan bekerja," terang Yii.
Sementara itu, seorang ilmuwan politik dari Jeffrey Sachs Center on Sustainable Development di Universitas Sunway Malaysia, Wong Chin Huat mengatakan banyak warga kecewa dengan lockdown yang pertama kali diberlakukan ketika kasus mulai melonjak pada Mei lalu.
Advertisement
Kekurangan Pangan
Kurangnya kejelasan tentang sektor ekonomi mana yang diizinkan untuk tetap terbuka hanyalah sebagian dari alasannya. Kekurangan pangan telah dirasakan oleh beberapa rumah tangga Malaysia sehingga ibu hamil hanya makan satu kali sehari.
Para selebritas telah menanggapi seruan #benderaputih dengan tawaran bantuan. Mereka berupaya mengumpulkan dana dan ditujukan untuk memberi makan bagi yang membutuhkan..
Hartini Zainuddin, salah satu pendiri Yayasan Chow Kit, mendistribusikan makanan dan bantuan lainnya kepada yang membutuhkan di salah satu distrik miskin Kuala Lumpur. Ia menyebut penting untuk mengusahakan agar orang saling membantu dengan inisiatif seperti kampanye #benderaputih.
Dukungannya untuk kampanye #benderaputih juga ramai dibahas di Twitter. "Menteri punya kekuasaan, di kabinet. "Gunakan kekuasaan itu agar rakyat tidak perlu mengibarkan bendera putih," cuit Syahredzan Johan, seorang anggota Partai Aksi Demokratik. (Muhammad Thoifur)
Lockdown Bukan Lagi Cara Utama Cegah Covid-19
Advertisement