25 Warga Myanmar Tewas dalam Serangan Terbaru Junta Militer

Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan kudeta sejak 1 Februari 2021. Pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi ditahan dan membuat pecahnya kekerasan di banyak lokasi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 05 Jul 2021, 13:04 WIB
Suasana jalanan yang kosong di samping Pagoda Shwedagon, Yangon, Myanmar, Rabu (24/3/2021). Demonstran menyerukan "silent strike" sebagai protes terhadap kudeta militer di Myanmar. (AFPTV/AFP)

Liputan6.com, Yangon - Pasukan keamanan Myanmar menewaskan sedikitnya 25 orang pada Jumat 2 Juli dalam sebuah konfrontasi penentang junta militer di pusat kota Depayin. Seorang juru bicara militer tidak merespons tentang kekerasan di Depayin di wilayah Sagaing, sekitar 300 km (200 mil) utara ibu kota, Naypyidaw.

Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan kudeta sejak 1 Februari 2021. Pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi ditahan dan membuat pecahnya kekerasan di banyak bagian negara berpenduduk lebih dari 53 juta orang itu.

Seorang warga Depayin, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan empat truk militer menurunkan tentara di desa itu pada Jumat 2 Juli pagi.

Pemuda dari Angkatan Pertahanan Rakyat setempat itu mengambil posisi untuk menghadapi Junta Miluter. Namun, mereka hanya memiliki senjata seadanya dan dipaksa mundur oleh senjata yang lebih berat dari pasukan keamanan, kata penduduk tersebut.

"Ada orang yang sekarat di lahan pertanian dan di dekat rel kereta api. Mereka (tentara) menembak semua yang bergerak," sembari mengatakan bahwa pamannya termasuk di antara yang tewas.

Sebanyak 25 jenazah telah dikumpulkan setelah kekisruhan, seperti dikutip dari laman France24, Senin (5/7/2021).

Situs web layanan BBC Burma dan Than Lwin Khet News memuat informasi serupa. Kantor berita Myanmar Now menyebutkan jumlah korban tewas tidak kurang dari 31 dan mengatakan sekitar 10.000 orang telah meninggalkan daerah itu. independen.

Pasukan Pertahanan Rakyat Depayin mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa 18 anggotanya telah tewas dan 11 lainnya terluka.

Pasukan Pertahanan Rakyat telah didirikan oleh penentang junta di banyak bagian Myanmar, beberapa dari mereka bekerja sama dengan Partai Persatuan Nasional.


230.000 Orang Mengungsi

Seorang pengunjuk rasa memegang poster dengan gambar pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi (kanan) yang ditahan dan presiden Win Myint saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar pada Sabtu (6/2/2021). Ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk melawan kudeta. (YE AUNG THU / AFP)

Kekerasan sejak kudeta telah menyebabkan lebih dari 230.000 orang mengungsi rumah mereka, kata PBB.

PBB juga mengatakan, lebih dari 880 orang telah dibunuh oleh pasukan militer sejak kudeta dan lebih dari 5.200 ditahan.

Pihak berwenang militer mengatakan, angka-angka ini tidak benar, tetapi belum memberikan perkiraan mereka sendiri.

Tentara Myanmar mengatakan, asumsi kekuasaannya sejalan dengan konstitusi. Mereka menuduh kecurangan yang dilakukan oleh partai Suu Kyi, meskipun tuduhan itu dibantah oleh badan pemilihan umum sebelumnya.

Di sisi lain, Myanmar melaporkan rekor harian 2.318 kasus COVID-19 pada Minggu (4/7). Sistem kesehatan negara itu telah ambruk setelah ditinggalkan oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya sebagai aksi protes atas pengambilalihan militer.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya