Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, berjanji akan mempercepat penyaluran dan memperluas penerima dana hibah pariwisata senilai Rp 3,7 triliun.
"Tahun lalu hanya menjangkau hotel dan restoran. Tahun ini kita ingin juga menyentuh pelaku biro perjalanan wisata, tour guide, pramuwisata, tempat-tempat rekreasi dan beberapa sentra wisata," paparnya, Senin (5/7/2021).
Advertisement
"Ini yang kita harapkan bisa dapat tindak-lanjut yang cepat, karena kami sudah merampungkan program penyiapannya di Kemenparekraf," ujar Sandi.
Dia berharap, Kementerian Keuangan dan Komite Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bisa segera meluncurkan program percepatan dan perluasan dana hibah pariwisata ini.
"Nanti setelah diverifikasi dan divalidasi oleh pemerintah daerah, ini akan dapat direalisasikan langsung kepada para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif," ungkap Sandi.
Selain dana hibah pariwisata, Sandiaga Uno juga telah menerima instruksi dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mempercepat pencairan berbagai program bantuan sosial (bansos) pada pekan ini.
"Bansos tadi arahan dari bapak Presiden sangat jelas, bahwa dalam minggu ini harus segera direalisasikan, dan tentunya segera ditransfer melalui rekening yang sudah disiapkan," tutur dia.
"Jadi merupakan perluasan juga dari program bansos yang sudah dijalankan, tapi karena PPKM Darurat yang sudah ditetapkan ini dipercepat, dan juga diperluas penerimanya," tandas Sandi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Mau Menyerah, Ini Cara Pengusaha Pariwisata Bertahan di Tengah Pandemi
Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Meski terhimpit pandemi COVID-19, upaya-upaya mempertahankan dan membangkitkan sektor pariwisata terus dilakukan.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, mengatakan jika kondisi industri pariwisata saat ini lebih berat dari tahun 2020. Seperti yang dialami PT. Hotel Indonesia Natour (Persero) atau dikenal dengan sebutan HIN.
BUMN yang bergerak di bidang jasa perhotelan tersebut harus merasakan turunnya tingkat hunian kamar hotel pada tahun 2020 lalu hingga 67 persen dari 2019.
“Tahun lalu tingkat hunian kita hanya sekitar 27% sepanjang tahun. Apalagi pendapatan kita 60-70 persen dari Bali, dampak pandemi ini sangat luar biasa bagi industri perhotelan,” terang Christine Hutabarat, Direktur Pengembangan Bisnis PT. HIN.
Meski berat, pelaku industri pariwisata mulai beradaptasi dengan tuntutan keadaan dan mempersiapkan diri demi menghadapi era pasca pandemi melalui penguatan standar kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan.
Sertifikasi ini dikenal dengan nama CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, Environment Sustainability). CHSE diyakini Christie bukan sekadar jargon, namun sudah jadi identitas dalam melakukan pelayanan di industri pariwisata. Sehingga nantinya bisa menumbuhkan kepercayaan masyarakat, sekaligus mengedukasi protokol kesehatan seperti yang dianjurkan pemerintah.
“Kalau protokol kesehatan, kita di industri hotel dan restoran termasuk yang paling berkomitmen. Di awal Maret 2020 saja, kita sudah menyusun standar protokol kesehatan. Perubahannya sampai tiga kali menyesuaikan Surat Edaran Menteri Kesehatan dan standar WHO. Kami justru mendukung PPKM Mikro yang dijalankan saat ini,” ungkap Maulana Yusran di Dialog Publik yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan di FMB9ID_IKP, Rabu (23/6/2021).
Selain upaya-upaya yang dilakukan melalui beradaptasi dengan keadaan, stimulus dari Kemenparekraf sejak 2020 berupa Hibah Pariwisata maupun bantuan lainnya diakui sangat membantu industri sektor pariwisata untuk bertahan.
“Stimulus dari pemerintah kami gunakan untuk beberapa hal, selain membantu membiayai operasional kami di masa permintaan yang rendah, juga membantu meningkatkan kualitas dari implementasi CHSE dan pelatihan tenaga kerja di HIN,” terang Christie.
Advertisement