Digitalisasi Dorong Produktivitas Industri Pertambangan di Masa Pandemi

Banyak keuntungan yang didapat dari implementasi teknologi digital, salah satunya adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas.

oleh Iskandar diperbarui 06 Jul 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi transformasi digital. Dok: Unsplash/Adeolu Eletu

Liputan6.com, Jakarta - Implementasi teknologi digital (digitalisasi) sebagai bagian dari prinsip revolusi industri 4.0 dibutuhkan di setiap bidang industri, termasuk pertambangan, di mana sektor ini menyumbang 5 persen produk domestik bruto dan 15 persen ekspor di Indonesia.

Teknologi seperti Cloud Computing, Big Data, Machine Learning, Artificial Intelligence, Internet of Things (IoT), Augmented Reality (AR), Autonomous Truck, Digital Twins, hingga Blockchain dapat diimplementasikan untuk menjadikan perusahaan lebih berdaya.

Perusahaan disebut akan bisa lebih baik dalam mengelola kemampuan dan bisa lebih fokus pada kegiatan yang benar-benar meningkatkan daya saing dalam pemulihan ekonomi.

Banyak keuntungan yang didapat dari implementasi teknologi digital, salah satunya adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Operasional tambang yang lebih inovatif dalam penerapan teknologi digital digadang-gadang dapat meraih peningkatan margin sebesar 20 persen. Keuntungan lainnya adalah penghematan biaya dan kendali yang lebih besar dalam pengalokasian sumber daya, sampai keselamatan karyawan dan lingkungan sekitar.

International Data Corpoation (IDC) menyebutkan secara global belanja teknologi dan layanan yang mendukung transformasi digital dalam hal proses bisnis, produk, dan organisasi diperkirakan mencapai USD 1,9 triliun pada 2022.

Ini menunjukan kesadaran dunia industri akan pentingnya transformasi digital yang berdampak pada peningkatan produktivitas.

Sektor pertambangan masih tertinggal dibanding sektor lain seperti retail dan perbankan dalam hal transformasi digital. Laporan McKenzie menyebutkan bahwa setidaknya 80 persen operator tambang di Asia Tenggara telah menyadari pentingnya pengimplementasian teknologi baru, akan tetapi 85 persen di antaranya belum memulainya.

 


Tantangan Beragam di Masa Pandemi

Tantangannya cukup beragam, seperti buruknya kualitas koneksi internet di lokasi tambang, rendahnya kesadaran akan ekosistem digital, relatif rendahnya referensi penggunaan di ranah lokal, dan masih rendahnya keterampilan digital di sektor pertambangan.

Hal senada juga diungkap Indonesian Mining Institute yang menyampaikan bahwa penerapan teknologi digital harus diiringi dengan kemampuan karyawan untuk melek teknologi.

Hal ini diharapkan dapat terpenuhi mengingat Indonesia memiliki hampir 60 perguruan tinggi dengan jurusan Teknik Pertambangan di dalamnya. Dari sini diharapkan Indonesia bisa mandiri dan tidak tergantung dari negara lain, karena tidak semua teknologi yang diterapkan di negara lain dapat diterapkan di Indonesia.

Sementara itu, perubahan yang terjadi di masa pandemi, salah satunya dalam hal proses kerja--mau tidak mau memaksa sektor usaha untuk melakukan perubahan--termasuk sektor tambang.

Perusahaan software kelas dunia yang menyediakan solusi untuk berbagai sektor termasuk pertambangan, Nutanix, melihat bahwa di masa pandemi ini sektor pertambangan memiliki peluang untuk memanfaatkan kesempatan digitalisasi dan teknologi baru untuk berinovasi, sekaligus menyederhanakan operasional yang sudah berjalan.

Fetra Syahbana, Indonesia Country Manager, Nutanix mengungkapkan bahwa peluang ini muncul saat market data center Indonesia siap untuk tumbuh secara eksponensial, yang dipicu oleh meningkatnya investasi nasional di teknologi baru seperti 5G, dan meningkatnya adopsi cloud.

"Negara ini akan menjadi hotspot regional untuk pengembangan data center hyperscale dan sudah menarik perhatian para petinggi teknologi dunia seperti Microsoft dan Tencent yang baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengembangkan data center lokal dan memenuhi permintaan yang semakin banyak," ungkap Fetra Syahbana melalui keterangannya, Selasa (6/7/2021).

Dunia bisnis saat ini membutuhkan lebih banyak agilitas, serta efektivitas biaya dan operasional. Nutanix dengan solusi hyperconverged infrastructure (HCI) on-demand menghadirkan solusi yang memenuhi persyaratan tersebut.

Solusi ini diklaim mampu memodernisasi infrastruktur data center, memungkinkannya untuk mengukur dan mendukung permintaan cloud bisnis dengan lebih baik.

HCI membantu mengotomatisasi manajemen lifecycle, mengurangi kompleksitas, menyederhanakan procurement dan support, meningkatkan kinerja dan bahkan meningkatkan perlindungan data.

HCI juga diklaim dapat menjadi pembangun fondasi dasar perusahaan modern – terutama saat perusahaan ingin meningkatkan hybrid dan multicloud mereka. Ini karena HCI dan komputasi cloud memiliki karakter yang sama, contohnya virtualisasi yang memudahkan integrasi dan masalah kompatibilitas saat pengimplementasian cloud diperluas.

Intinya, HCI memvirtualkan komputasi, penyimpanan, dan sumber daya jaringan dalam satu konsol untuk visibilitas yang terpadu. Ini membentuk klaster tunggal yang bisa digunakan, dijaga dan ditingkatkan oleh tim TI dengan mudah dan biaya yang lebih rendah.

 


Teknologi Digital di Industri Tambang

Salah satu perusahaan tambang yang mengimplementasikan teknologi digital baru adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITM), yang memanfaatkan teknologi HCI sejak tahun 2019 untuk mengelola dan menyederhanakan operasional bisnis mereka.

Amang Nurpraneko, Head of IT, PT Indo Tambang Megah mengungkapkan di tengah ekspansi bisnis, perusahaan menyadari bahwa infrastruktur lama sudah tidak bisa mendukung kebutuhan operasional bisnis yang semakin meningkat, terutama lingkungan server lama.

"Akibat menggunakan infrastruktur lama sejak awal, tugas-tugas rumit yang ingin kami laksanakan juga jadi sulit untuk dikelola dan membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk dipertahankan. Saat itu kami juga menghadapi masalah dengan tenaga kerja tim kecil spesialis TI untuk mengelola kebutuhan dan permintaan dari perusahaan," kata Amang.

"Pindah ke Nutanix Enterprise Cloud ITM mengurangi beban tim TI dan menghemat biaya, juga waktu manajemen sistem. Kini, tim TI perusahaan yang terdiri dari 11 orang spesialis bisa bekerja dengan lebih baik dan perusahaan bisa memaksimalkan produksi melalui solusi yang lebih mudah, lebih efisien untuk mendorong operasional harian," ujarnya.

Lebih lanjut, Amang menjelaskan keuntungan yang dirasakan dari pengimplementasian teknologi digital pertambangan adalah adanya peningkatan yang signifikan dalam hal produktivitas yang merupakan hasil dari kemudahan dan efektivitas dari sistem yang baru diterapkan.

"Solusi mesin virtual kami yang lama jauh lebih mahal, dan pengelolaan serta pemeliharaannya sangat memakan waktu. Nutanix AHV adalah pengganti yang tepat untuk sistem lama kami karena solusi ini memiliki kemampuan untuk mendukung beberapa hardware dan sistem sekaligus memberikan performa operasional rutin harian yang sangat baik," papar Amang.

Amang mengaku bahwa ke depannya perusahaannya ingin mengembangkan kemitraan dan menggunakan lebih banyak solusi, terutama teknologi container, untuk semakin mendigitalisasi bisnis dan memenuhi permintaan industri yang semakin berkembang. Selain itu, hybrid platform antara HCI dengan Cloud system, IoT Edge computing dan beberapa business case baru terkait data analytic dan IoT, sudah ada dalam perencanaan perusahaan.

Fetra Syahbana menambahkan pengimplementasian HCI di ITM merupakan salah satu bukti nyata yang menunjukan peran penting digitalisasi dalam meningkatkan dan memudahkan operasional perusahaan, mengurangi beban operasional IT, serta menghemat biaya juga waktu.

(Isk/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya