Aplikasi Edit Audio Audacity Disebut Sebagai Spyware, Kenapa?

Aplikasi edit audio open-source itu mengumpulkan data pengguna termasuk alamat IP dan membagikannya ke perusahaan lain.

oleh Arief Rahman H diperbarui 06 Jul 2021, 16:15 WIB
(ilustrasi)

Liputan6.com, Jakarta - Software edit audio open-source Audacity disebut-sebut sebagai spyware karena mengubah kebijakan pengumpulan data pengguna.

Audacity yang diakuisisi oleh Muse Group pada Mei 2021 mengatakan kalau pengumpulan data pengguna diperbolehkan dalam penegakan hukum.

Dengan perubahan yang terjadi, memungkinkan Audacity mengumpulkan data pengguna dan membagikannya ke perusahaan lain, termasuk mengirim ke kantor pusat Muse Group di Rusia dan penasihat eksternal perusahaan di Amerika Serikat.

Menurut laporan Fosspost, halaman kebijakan privasi Audacity telah diperbarui sejak 2 Juni dengan beberapa tambahan yang berkaitan dengan pengumpulan data pribadi.

Mengutip Apple Insider, Selasa (6/7/2021), secara khusus aplikasi mengumpulkan detail yang berkaitan dengan pengguna perangkat Mac.

Sebagai informasi, Muse Group membawahi berbagai aplikasi seperti Ultimate Guitar, MuseClass, hingga Tonebridge. Pada 2021 Muse Group diluncurkan dan mengakuisisi Audacity dan StaffPad.


Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan mencakup nama sistem operasi dan versi yang digunakan pengguna, negara pengguna yang ditentukan berdasarkan alamat IP, kode pesan kesalahan non-fatal, laporan kerusakan, dan prosesor yang digunakan.

Daftar kebijakan privasi baru tersebut juga mengatakan kalau data itu dikumpulkan untuk penegakan hukum.

“Perangkat lunak mengumpulkan data yang diperlukan untuk penegakan hukum, litigasi, dan permintaan pihak berwenang (jika ada),” tulis perusahaan.

Kendati demikian, tidak ada rincian lebih lanjut tentang data apa saja yang diperlukan dalam kasus penegakan hukum.

Perusahaan menyebutkan, kalau alamat IP yang dikumpulkan akan disimpan dalam periode tertentu dengan cara yang dapat diidentifikasi ‘hanya untuk satu hari kalender’.

Dalam proses penegakan hukum, data satu hari diklaim cukup bagi entitas pemerintah untuk mengidentifikasi pengguna, dengan sumber daya dan otoritas yang memadai.


Penyimpanan data

Audacity disebut sebagai spyware karena perubahan kebijakan privasi yang mengumpulkan data pengguna. (dok: Audacity).

Perusahaan mengatakan, data yang dikumpulkan tersebut disimpan di dalam European Economic Area. Meski dalam kebijakan privasi tersebut dicantumkan bahwa perusahaan terkadang diminta untuk membagikan data pribadi pengguna ke kantor di Rusia dan penasihat eksternal perusahaan di Amerika Serikat.

Data pribadi juga dapat dibagikan dengan daftar panjang entitas, termasuk ‘penasihat’ dan ‘pembeli potensial’, serta badan penegak hukum, regulator, pengadilan, dan pihak ketiga lainnya.

Meskipun sebelumnya aplikasi ini tersedia untuk semua usia, sesuai dengan lisensi GPL, namun kebijakan privasi memperingatkan kalau pengguna di bawah 13 tahun tidak boleh menggunakan aplikasi ini.

(Rif/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya