Penyebab Danau Antartika Tenggelam Menjadi Pertanyaan Besar Ilmuwan

Seorang ilmuwan tak sengaja melihat danau terbesar Antartika tenggelam pada satelit.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jul 2021, 18:35 WIB
Dalam foto selebaran 1 Oktober 2019, kondisi pecahan gunung es yang dikenal sebagai 'Loose Tooth' atau gigi yang tanggal di lapisan es Amery, Antartika. Ini adalah gunung es terbesar yang dihasilkan Antarktika dalam periode lebih dari 50 tahun. (Richard COLEMAN/AUSTRALIAN ANTARCTIC DIVISION/AFP)

Liputan6.com, Toronto - Sebuah danau di lapisan permukaan es di Antartika Timur menghilang sepenuhnya selama tiga hari pada tahun 2019. Kejadian aneh itu tidak diketahui sampai musim panas berikutnya. Saat Dr. Roland Warner, ahli glasiologi dari Australian Antarctic Program Partnership di Universitas Tasmania, melihat perbedaan dalam citra satelit Amery Ice Shelf.

Usai diselidiki lebih lanjut, Warner bersama peneliti lain menyimpulkan bahwa hal yang terjadi di Antartika adalah fenomena langka, patah tulang hidro.

"Kami yakin retakan besar terbuka sebentar di lapisan es terapung dan mengalirkan seluruh danau ke laut dalam waktu tiga hari," terangnya.

"Danau tersebut menampung volume air lebih tinggi daripada Pelabuhan Sydney yang alirannya ke lautan di bawahnya. Jadi seperti aliran di atas Air Terjun Niagara yang membuat pemandangan indah," imbuh Warner.

Seperti yang dilansir dari CTV News pada Rabu (07/07/2021). Hydrofractures terjadi ketika tekanan air cair di atas es yang menyebabkannya pecah karena air menjadi lebih padat.

Amery Ice Shield adalah lapisan es terbesar ketiga yang berasal dari Antartika di sisi timur benua. Pada ketebalan 1.400 meter akan jarang terlihat retakan hidrofraktur yang terbuka sepenuhnya. Para peneliti menggambarkan proses pelacakan peristiwa ini dalam sebuah tulisan yang diterbitkan minggu lalu di jurnal Geophysical Research Letters.

Danau besar Antartika itu tidak bernama dan berada di dalam beting (timbunan es) yang ditutupi oleh lapisan es. Ketika beting itu retak akan terbuka di bawah danau dan airnya mengalir keluar. Kemudian lapisan es itu meninggalkan cekungan luas di lapisan es.

 


Bukan Karena Perubahan Iklim

Es di Benua Antartika (liputan6/pixabay)

Cekungan es itu adalah "doline" - istilah yang berarti tanah yang mengalami depresi lalu tertutup secara alami. Biasanya menjadi lubang pembuangan. Doline es berukuran sekitar 11 kilometer persegi dan berisi beberapa sisa-sisa retakan tutup es yang pernah ada di atas danau. Doline tergolong danau kecil dan sekitar setengah dari ukuran Danau Minnewanka di Alberta, atau 12 kali ukuran Danau Louise.

Menurut laporan dari Scripps Institution of Oceanography. Dalam doline mengandung sekitar 600-750 juta meter kubik air, sekitar dua kali volume San Diego Bay. Jumlah ini jauh melebihi jumlah air lelehan.

Hilangnya danau sebesar itu membuat perbedaan pada ketinggian lapisan es itu sendiri. Para peneliti menggunakan instrumen laser pada ICESat-2 NASA untuk menghitung perubahan ketinggian yang tepat yang disebabkan oleh drainase danau.

Helen Fricker, seorang profesor di Scripps Institution of Oceanography mengatakan ICESat-2 mengorbit dengan trek tanah yang persis berulang dan membandingkan ketinggian sebelum dan sesudah danau dikeringkan. Lalu menunjukkan skala vertikal yang dramatis dari gangguan tersebut.

"Setelah danau mengering, wilayah lapisan es itu naik dengan permukaan lapisan es setinggi 36 meter di sekitar danau. Hilangnya air danau akan mengurangi berat lapisan es terapung sehingga tekanan laut mengangkatnya ke doline," jelas Warner.

Danau itu sendiri tenggelam lebih dalam ke beting, dengan cekungan rongga ditemukan 80 meter di bawah permukaan danau. Foto danau dari satelit yang menunjukkan proses sebelum dan sesudah menunjukkan bagaimana pergerakan lapisan es, juga menciptakan genangan air baru yang lebih kecil di tempat yang dulunya aliran air dan bergerak menjauh dari danau dengan permukaan tampak retak dan surut.

Warner mengungkapkan ada kemungkinan bahwa doline dapat terisi air kembali. Atau hydrofracture dapat terbuka kembali dan mengalirkan air itu lagi.

Meskipun fenomena ini tidak dikaitkan dampak perubahan iklim. Namun, pergerakan lapisan es di tepi wilayah seperti Antartika tetap ditelusuri lebih lanjut. Mengingat hilangnya lapisan es atau retaknya lapisan es yang menjauh dari benua. Dengan demikian, reaksi alam itu bisa mempercepat hilangnya es di daratan itu sendiri. Sehingga dari kejadian itu akan memicu kenaikan permukaan laut.

 

Reporter: Bunga Ruth

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya