Liputan6.com, Jakarta - Angka kasus COVID-19 di dalam negeri belum juga melandai. Hal itu mendesak pemerintah untuk kembali menerapkan pembatasan sosial dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat atau PPKM Darurat di Jawa dan Bali pada 3-20 Juli 2021.
Tak jauh berbeda dengan pembatasan sebelumnya pada awal 2020, pembatasan kali ini atau PPKM darurat juga berimbas pada kegiatan ekonomi tanah air.
Advertisement
Namun begitu, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA,Jahja Setiaatmadja mengaku saat ini lebih siap dalam menghadapi hantaman pandemi COVID-19, dibandingkan pada awal kemunculan COVID-19 pada 2020. Ia bahkan mengaku sempat pesimistis saat itu.
"Tahun lalu ketika Covid-19 muncul, saya termasuk yang pesimis. Tapi sekarang optimis," kata dia dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa (6/7/2021).
Sebagai gambaran, ia mengumpamakan posisi sebagai prajurit tanpa senjata yang harus berperang dengan musuh, dalam hal ini COVID-19, sementara perang tidak bisa dihindari.
Seiring perjalanan, prajurit-prajurit menemukan cara untuk membuat peralatan tempurnya sendiri dari apa yang ada di sekitar mereka. Berkaca dari hal itu, Jahja menilai, mestinya pembatasan kali ini tak banyak pengaruhi kegiatan ekonomi, termasuk kinerja Perseroan utamanya. Sebab situasi seperti ini sudah pernah terjadi sebelumnya.
"Awal COVID-19 kita bingung bagaimana pertemukan nasabah dengan bisnisnya. Akhirnya kita temukan jalan. Saat ini, harusnya mulai berpikir bagaimana untuk keluar (dari situasi ini) dan mengembangkan bisnis. Bagaimana bisnis berkembang tanpa mobilitas,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Harus Belajar Diberikan Keberanian
Sebagai contoh, ia menyebutkan sejumlah usaha yang aktif berinovasi agar usahanya terus berjalan selama pandemi COVID-19, alih-alih hanya menunggu uluran tangan pemerintah. Seperti bisnis rumah makan yang menyediakan layanan take away, dan beberapa lini bisnis lainnya yang mulai menggunakan jasa pengiriman lewat kurir.
"Jadi situasi ini memberikan pelajaran. Sehingga kita tidak boleh hanya bergantung pada stimulus. Seperti anak kecil yang cengeng. Kalau diberi stimulus terus dia tidak akan menjadi besar," tegas Jahja.
"Justru dia harus belajar diberikan keberanian menghadapi kenyataan dalam kehidupan,” ia menambahkan.
Memang, Jahja mengakui itu bukanlah perkara mudah. Namun, bukan berarti tidak bisa dilakukan, apalagi dalam situasi seperti ini. Untuk itu, ia tak henti memberikan semangat, utamanya kepada nasabah dan masyarakat lainnya untuk bisa bertahan dan nantinya segera keluar dari persoalan ini.
"Kita harus berikan semangat bagi nasabah dan masyarakat untuk survive. Tidak bisa dihindari. Tapi bagaimana nanti semuanya keluar dari permasalahan masing-masing,” kata Jahja.
"Jadi jangan minta-minta stimulus lagi. Sudah banyak stimulus dari pemerintah,” pungkas dia.
Advertisement