Sekjen PMI Ungkap Kunci Sukses Penanganan Krisis Covid-19

Situasi krisis di mana pun memerlukan kecepatan dan fleksibilitas dalam penanganannya.

oleh Tira Santia diperbarui 06 Jul 2021, 19:46 WIB
Sekjen PMI Sudirman Said di dampingi Ketua PMI Jateng Imam Triyanto, meninjau perlengkapan dan stok barang bantuan kesiapsiagaan di Gudang Regional Jawa Bagian Tengah, di Komplek PMI Jateng-Semarang (Foto: Felek Wahyu/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Kunci penanganan pandemi Covid-19 saat ini adalah konsistensi kebijakan, kejelasan alur komando, dan penguatan kepercayaan publik. Ini mengacu pada pengalaman Indonesia menangani krisis seperti bencana tsunami Aceh.

Sekretaris Jenderal Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said menilai kondisi pandemi covid-19 saat ini semakin serius untuk ditanggulangi bersama.

"Kejelasan jalur komando diperlukan. Konsistensi kebijakan, dan keterbukaan otoritas akan memperkuat kepercayaan publik. Juga perlu diupayakan untuk mengelola harapan publik yang realistis. Semakin konservatif, semakin hati-hati, akan semakin baik," jelas dia, Selasa (6/7/2021). 

Sudirman yang merupakan salah satu penyusun konsep Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menilai masalah dan tantangan pada penanganan tsunami Aceh tentu berbeda dengan wabah covid-19 saat ini.

Meski begitu, pandemi saat ini dan bencana di Aceh memiliki kesamaan dalam konteks krisis. Dia mengatakan situasi krisis di mana pun memerlukan kecepatan dan fleksibilitas dalam penanganannya.

"Penanganan wabah pandemi covid-19 tentu berbeda dengan penanganan Aceh dan Nias pasca Tsunami. Masalah dan tantangannya tidak sama. Yang bisa disamakan mungkin bahwa keduanya adalah suasana krisis, yang memerlukan kecepatan dan fleksiblitas," tuturnya.

Pada situasi krisis, Sudirman menyebut ekspektasi publik perlu dikelola dengan baik. Di satu sisi upaya penanganan harus dilakukan dengan usaha yang lebih.

Namun, di sisi lain sebaiknya jangan memberi harapan yang berlebihan publik. Pasalnya, dalam situasi krisis semua pihak harus terus waspada.

"Dalam krisis under promise dan over deliver jauh lebih baik. Sebaliknya memberi harapan yang seolah menenangkan masyarakat, tetapi kenyataannya tidak sebaik yang diharapkan, justru akan membangun comfort zone yang melenakan. Dalam hal ini, perlu dibangun sense of crisis secara bersama sama agar seluruh pihak bergerak untuk mengatasinya," ucapnya.

 


PPKM Darurat

Warga menerima vaksin virus corona COVID-19 Sinovac di klinik vaksinasi massal darurat di lapangan sepak bola di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (6/7/2021). Indonesia tengah memerangi gelombang infeksi baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Menurutnya, kebijakan PPKM Darurat yang saat ini diberlakukan perlu dijalankan secara konsisten dan dipatuhi semua lapisan masyarakat. Lonjakan kasus covid-19 yang terus terjadi seharusnya menjadi alarm bagi semuanya.

"Siapapun yang diberi tanggung jawab untuk mengatasi covid 19, tidak mudah melaksanakannya. Kita harus memberi respek dan empati. Kita berharap PPKM dijalankan dengan konsisten, ditaati masyarakat. Bila masyarakat tidak mentaati kebijakan ini dan tetap beraktivitas sebagaimana keadaan normal, PPKM tak akan berdampak positif," ujarnya.

"Yang jelas semua sudah menyaksikan kiri kanan dan seluruh lingkungan, peningkatan kasus yang luar biasa. Seharusnya ini menjadi alarm bagi kita semua," imbuhnya.

Terkait krisis suplai oksigen yang terjadi di mana-mana, Sudirman menilai saat ini pemerintah dan semua pihak telah berusaha keras menjaga pasokan oksigen.

Hanya saja, dia menyarankan perlu dicermati betul penyediaan pasokan tak hanya untuk kebutuhan saat ini tapi juga ke depan. Hal ini untuk mengantisipasi potensi kelangkaan di masa mendatang.

"Mungkin belum terlambat untuk melakukan assessment keadaan produksi, logistik, dan rantai pasokan oksigen untuk keperluan satu atau dua tahun ke depan. Sambil terus memenuhi kebutuhan di depan mata, perlu ada yang menyiapkan pasokan untuk jangka yang lebih panjang," ucapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya