Liputan6.com, Jakarta - Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir menanggapi rencana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek untuk mengurangi porsi investasi di saham.
Pandu menuturkan, rencana BP Jamsostek tersebut bagian dari diskusi semua pemangku kepentingan atau stakeholder. Hal ini mengingat BP Jamsostek termasuk salah satu investor terbesar seiring mengelola dana pensiun masyarakat di Indonesia. Pandu menuturkan, langkah BP Jamsostek tersebut bisa berdampak ke bursa saham.
Advertisement
"BPJS Ketenagakerjaan stakeholder terbesar, karena dapen republik ini, kami harap clarity. Investor terbesar di BEI, sayang sekali kalau mereka tak bisa beroperasi dengan wajar tentu akan ada efek,” ujar dia dalam diskusi virtual Mid Year Economic Outlook dikutip Rabu (7/7/2021).
Pandu menyayangkan jika dana yang dikelola tersebut tidak diinvestasikan ke ekuitas. Mengingat pertimbangan ada inflasi.
"Sayang juga karena itu juga dana masyarakat. Kalau enggak ke ekuitas, sama saja kemakan inflasi, dan lain-lain," kata dia.
Pandu menuturkan, kalau BP Jamsostek kurangi investasi di pasar modal, hal tersebut dapat digantikan dari dana investor asing. "Market bisa dari asing dan luar. Tapi kerugian tidak masuk ekuitas sebenarnya kesempatan untuk berbagai pihak kita,” ujar Pandu.
Per Februari 2021, total dana kelolaan BP Jamsostek sebesar Rp 489,89 triliun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 17 persen compound annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata investasi selama jangka waktu tertentu lebih dari satu tahun.
Aset alokasi Februari 2021 antara lain surat utang sebesar 65 persen, deposito 12 persen, saham 14 persen, reksa dana 8 persen dan investasi langsung sebesar 1 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penjelasan BP Jamsostek Terkait Rencana Kurangi Investasi Saham
Sebelumnya, BP Jamsostek atau BPJS Ketenagakerjaan mempertimbangkan untuk menyesuaikan portofolio investasi yang dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang.
Salah satunya dengan menambah alokasi pada surat utang dan investasi langsung melalui kerja sama investasi dengan Sovereign Wealth Fund (SWF).
Deputi Direktur Bidang Humas dan Antar Lembaga BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) Irvansyah Utoh Banja menuturkan, pihaknya selalu melaksanakan pengelolaan investasi sesuai dengan regulasi yang ditetapkan yaitu PP 5 Tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2013 tentang pengelolaan aset jaminan sosial ketenagakerjaan dan PP Tahun 2013.
Ia menuturkan, setiap kegiatan investasi yang dilakukan juga telah melalui proses kajian fundamental, teknikal, manajemen risiko, dan compliance yang menyeluruh.
"Strategi investasi BP Jamsostek mengutamakan hasil yang optimal untuk peserta dengan mempertimbangkan prinsip kepatuhan dan kehati-hatian,” ujar Utoh lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Rabu (31/3/2021).
Utoh menambahkan, investasi BP Jamsostek memastikan kesesuaian kebutuhan liabilitas setiap program (asset liabilities matching-ALMA) dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi termasuk perkembangan di pasar modal sehingga pengelolaan portofolio bersifat dinamis.
"Dalam jangka panjang (10-15 tahun), BP Jamsostek melihat khususnya instrument berbasis ekuitas sebagai investasi yang mempunyai potensi daya ungkit return. Namun saat ini, kondisi pasar modal banyak dipengaruhi sentimen global sehingga memicu peningkatan volatilitas,” kata dia.
Oleh karena itu, BP Jamsostek mempertimbangkan penyesuaian portofolio investasi yang dilakukan secara bertahap dalam jangka panjang dengan menambah alokasi pada surat utang baik surat berharga negara (SBN) dan surat utang korporasi yang memenuhi persyaratan dan mengoptimalkan investasi langsung. Salah satunya melalui kerja sama investasi dengan SWF.
"Penyesuaian ini tentunya akan mempengaruhi bobot alokasi investasi berbasis ekuitas secara alamiah seiring dengan pertumbuhan dana,” kata dia.
Adapun per Februari 2021, total dana kelolaan BP Jamsostek sebesar Rp 489,89 triliun dengan rata-rata pertumbuhan tahunan 17 persen compound annual growth rate (CAGR) atau tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata investasi selama jangka waktu tertentu lebih dari satu tahun.
Aset alokasi Februari 2021 antara lain surat utang sebesar 65 persen, deposito 12 persen, saham 14 persen, reksa dana 8 persen dan investasi langsung sebesar 1 persen.
Advertisement