Bursa Saham Asia Bervariasi, Indeks Nikkei Jepang Pimpin Pelemahan

Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan saham Rabu, 7 Juli 2021. Indeks saham Nikkei Jepang alami penurunan terbesar.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 07 Jul 2021, 08:28 WIB
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Rabu pagi (7/7/2021) mengikuti laju bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street. Indeks saham S&P 500 melemah dan hentikan kenaikan selama tujuh hari berturut-turut.

Indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,46 persen. Indeks saham S&P 500 susut 1,08 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,45 persen. Indeks saham Australia ASX 200 menguat 0,17 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,15 persen.

Sementara itu, produsen mobil elektrik Xpeng memulai debut di bursa saham Hong Kong. Perseroan menetapkan harga perdana 165 per dolar Hong Kong. Demikian mengutip CNBC, Rabu pekan ini.

Di wall street, indeks saham S&P 500 susut 0,2 persen menjadi 4.343,54. Indeks Dow Jones merosot 208,98 poin ke posisi 34.577,37. Sementara itu, indeks Nasdaq naik 0,17 persen ke posisi 14.663,64.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Harga Minyak Menguat

Harga minyak cenderung variatif didorong sentimen ketegangan Rusia-Ukraina dan serangan Amerika Serikat ke Irak.

Harga minyak menguat pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka naik 0,51 persen ke posisi USD 74,91 per barel. Harga minyak berjangka Amerika Serikat menanjak 0,48 persen menjadi USD 73,72 per barel.

Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam enam tahun setelah pembicaraan OPEC dan produsen minyak lainnya ditunda setelah dua pihak gagal mencapai kesepakatan mengenai produksi pada Agustus. Indeks dolar AS berada di posisi 92,54 dari posisi sebelumnya 92,1. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 110,48 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya