Program Literasi Media Dosen dan Mahasiswa Amikom Yogya di Bantul

Dosen dan mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta menggelar program edukasi sadar literasi digital ke masyarakat.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 07 Jul 2021, 09:51 WIB
Ilustrasi hoax

Liputan6.com, Yogyakarta - Akses informasi publik dewasa ini terbuka sangat lebar. Dengan media yang sosial yang berkembang pesat seiring perkembangan teknologi informasi, orang begitu mudahnya memperoleh sekaligus menyebarkan informasi.

Tren itu membuahkan dampak positif juga negatif. Dampak positifnya adalah tersebarnya informasi positif yang mendukung kemajuan. Namun, dampak negatifnya adalah berita palsu atau hoaks yang merugikan juga cepat menyebar.

Penyebaran hoaks terjadi karena kurangnya literasi digital. Masih banyak pengguna media sosial yang dengan mudahnya menyebarkan informasi yang diterimanya tanpa disaring terlebih dahulu kebenarannya.

Untuk mencegah penyebaran hoaks, kemudahan menyebarkan informasi saat ini perlu diimbangi dengan kemampuan memfilter berita serta kecakapan literasi media. Pemahaman ini yang mendorong dosen dan mahasiswa Universitas Amikom Yogyakarta menggelar program edukasi sadar literasi digital ke masyarakat.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Jumat, 25 Juni 2021, dilaksanakan Kelompok Mahasiswa Anti-Hoax 18IK01 Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom di bawah bimbingan dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta, Novita Ika Purnamasari.

Pesertanya warga RT 37, Dusun Kediwung, Desa Mangunan, Kapanewon Dlingo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mayoritas peserta berusia lanjut.

“Dua tahun terakhir, pendampingan literasi media semakin difokuskan pada orang tua mengingat orang tua adalah agen produksi dan informasi yang paling rentan, paling cepat terpapar berita dan paling cepat menyebarkan berita hoaks tanpa mengecek lebih dulu kebenaran berita,” kata Novita Ika.

Biasanya, dia menjelaskan, sebaran berita hoaks terjadi dari orang tua yang sekedar membaca, mendengar informasi dari orang lain lalu ingin berbagi pada orang lain lagi karena berita yang diperoleh dianggap sedang viral, paling aktual atau justru karena ingin menjadi pihak terkini yang menyebarkan berita.

 

Cara Lawan Hoaks dengan Chatbot Cek Liputan6.com


Tipe-Tipe Penyebar Hoaks

Novita menyebutkan ada beberapa tipe penyebar hoaks di antaranya orang yang tahu bahwa informasi yang disebarkan salah namun tetap percaya bahwa segala informasi yang dimiliki adalah benar, sehingga ada unsur kesengajaan untuk memprovokasi orang lain.

Ada pula tipe orang yang tidak tahu bahwa berita yang diperoleh merupakan berita hoaks, dan yang terakhir adalah orang yang menyebarkan berita hoaks menggunakan serangkaian data dengan tujuan untuk merugikan pihak lain.

Literasi media, lanjut Novita, tidak hanya sebatas cara menggunakan media secara bijak mulai dari produksi konten hingga menyebarkan. Lebih dari itu, literasi media juga berarti kemampuan untuk mengetahui ciri berita hoaks, solusi mengatasi berita hoax.

“Juga peduli untuk memproduksi atau menyebarkan berita hoaks,” ujar perempuan yang akrab disapa Vita itu.

Dalam pelatihan tersebut, peserta dikenalkan dengan contoh berita hoaks terkait Covid-19 yang ramai beredar di lini media sosial khususnya aplikasi Whatsapp, jenis dan ciri berita hoaks, dan bagaimana solusinya jika menerima berita hoaks. Antusiasme masyarakat tampak dari munculnya berbagai respon berupa pertanyaan hingga berbagi kasus berita hoaks yang pernah dialami.

Kegiatan tersebut menjadi bukti bahwa warga terus berupaya meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menangkal potensi penyebaran hoaks. Diselenggarakan di masa pandemi Covid-19, kegiatan pelatihan berbasis tatap muka ini tetap memperhatikan pelaksanaan protokol kesehatan yang ketat.

“Dari kegiatan ini, diharapkan orang tua menjadi lebih mawas diri dalam mengontrol informasi yang diperoleh dan berhati-hati ketika menyebarkannya,” kata Novita.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya