Langka dan Mahal, Komisi VI Minta BUMN Farmasi Banjiri Pasar dengan Obat Covid-19

Komisi VI DPR RI memanggil bos-bos BUMN Farmasi. Pemanggilan ini terkait kelangkaan obat terapi Covid-19 sehingga membuat harga melambung.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Jul 2021, 12:40 WIB
Pedagang merapikan tabung oksigen ukuran 1 kubik yang sudah dipesan pembeli di Pasar Pramuka, Jakarta, Kamis (24/6/2021). Salah seorang pedagang, Jahendri (45) mengungkapkan ketersediaan tabung oksigen di Pasar Pramuka mengalami kelangkaan bahkan hampir kosong. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi VI DPR RI memanggil bos-bos BUMN Farmasi. Pemanggilan ini terkait kelangkaan obat terapi Covid-19 sehingga membuat harga melambung.

Para anggota dewan pun meminta penjelasan dari Direktur Utama (Dirut) PT Bio Farma, Dirut PT Kimia Farma, Dirut PT Indofarma, dan Dirut PT Phapros dalam rapat dengar pendapat (RDP), Rabu (7/7/2021).

Wakil Ketua Komisi VI DPR sekaligus pemimpin RDP, Martin Manurung, mengatakan bahwa berbagai permasalahan terus muncul dalam upaya penanganan pandemi Covid-19. Seperti keterbatasan tempat tidur di rumah sakit, hingga kelangkaan oksigen dan ventilator.

"Pada saat yang sama kita dengar suara dari masyarakat, termasuk di Dapil kita masing-masing, terbatas juga suplai obat-obatan dan vitamin," ujar Martin, Rabu (7/7/2021).

Menurut pantauannya, harga vitamin dan obat Covid-19 saat ini sudah melambung tinggi sekali. Pemerintah kemudian mengakalinya dengan menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk kebutuhan vitamin dan obat Covid-19.

"Kita menyambut baik adanya harga eceran tertinggi ini. Tentu kita harapkan ada penegakan hukum apabila terjadi spekulasi atau penumpukan dengan sengaja sehingga terjadi kelangkaan dan naiknya harga," tegas Martin.

Di sisi lain, ia juga meminta BUMN farmasi untuk menjaga stok vitamin dan obat Covid-19 di pasaran yang kian menipis saat ini.

"Artinya dari sisi suplai juga harus diproduksi secara besar-besaran, kalau perlu membanjiri pasar agar problem kelangkaan ini bisa kita selesaikan secara lengkap," imbuhnya.

Oleh karenanya, dia berharap BUMN Farmasi bersama pihak swasta bisa berperan maksimal dalam menjaga ketersediaan obat terapi Covid-19 dengan harga terjangkau.

"BUMN farmasi yang memproduksi ada Kimia Farma, Indofarma, juga Phapros, saya rasa harus mengambil posisi di depan bagaimana kita bisa mengatasi masalah kelangkaan obat-obatan dan vitamin ini," tukas Martin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Blak-blakan Luhut: Banyak Mafia Obat Diuntungkan di Masa Pandemi

Pedagang saat menunjukkan tabung oksigen ukuran 0,3 kubik yang tersisa di tokonya di Pasar Pramuka, Jakarta, Kamis (24/6/2021). Salah seorang pedagang, Jahendri (45) mengungkapkan ketersediaan tabung oksigen di Pasar Pramuka mengalami kelangkaan bahkan hampir kosong. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui maraknya mafia obat yang memanfaatkan keadaan di tengah pandemi Covid-19.

Luhut bilang, jumlahnya juga sangat banyak. Meski kondisi Indonesia tengah memprihatinkan, mafia-mafia ini hanya mempedulikan kepentingannya sendiri.

"Bukan ada (lagi), tapi sangat (banyak). Makanya saya bilang, Ded. Pandemi ini penting sekali buat kita. Sekali lagi maaf buat yang meninggal gara-gara ini," kata Luhut dalam Podcast Dedi Corbuzier, Rabu (7/7/2021).

Luhut bilang, adanya mafia obat ini, menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan reformasi terutama dalam bidang kesehatan.

Tak hanya itu, pemerintah juga bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat, seperti dengan bekerja sama bersama negara lain.

"Sekarang pabrik obat kita buat untuk dalam negeri. Saya pergi ke China, 2/3 obat di seluruh dunia tuh produksinya di China, lho. Dan mereka mau bikin di sini lagi prosesnya sama dengan Korea," ujar Luhut.


Infografis Meroketnya Harga Obat dan Asupan Covid-19

Infografis Meroketnya Harga Obat dan Asupan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya