Studi: Vaksin mRNA COVID-19 Efektif Melawan Varian Lambda

Ilmuwan di Amerika Serikat mengklaim vaksin mRNA COVID-19 efektif terhadap varian lambda.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 07 Jul 2021, 16:34 WIB
Ilustrasi vaksin corona, vaksin covid-19. Kredit: fernando zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, New York City - Ilmuwan di Amerika Serikat telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 mRNA yang saat ini sedang diluncurkan di banyak negara efektif terhadap garis keturunan C.37 (varian Lambda).

Garis keturunan C.37 yang telah dikategorikan sebagai "variant of interest" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini meningkat prevalensinya di Amerika Selatan dan negara-negara lain.

Dikutip dari laman news-medical.net, Rabu (7/7/2021), para peneliti menemukan bahwa sementara pseudotype yang mengekspresikan protein lonjakan dari varian Lambda kurang rentan terhadap antibodi penetral yang ditimbulkan oleh vaksin, pengurangan netralisasi hanya kecil.

Protein lonjakan adalah struktur permukaan utama yang digunakan SARS-CoV-2 untuk mengikat dan menginfeksi sel inang.

Domain pengikatan reseptor (RBD) dari lonjakan ini memediasi tahap awal proses infeksi ketika berikatan dengan reseptor sel inang angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).

Tim dari New York University Grossman School of Medicine mengatakan, temuan penelitian juga menunjukkan bahwa koktail antibodi monoklonal REGN-COV2 Regeneron harus efektif melawan varian Lambda.

"Hasilnya menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan saat ini akan tetap protektif terhadap varian Lambda dan terapi antibodi monoklonal akan tetap efektif," tulis Nathaniel Landau.

 


Kekhawatiran Soal COVID-19 Terus Berlanjut

Warga Iran yang mengenakan masker menyeberang jalan di ibu kota Teheran, Sabtu (3/7/2021). Presiden Hassan Rouhani mengaku khawatir Iran akan dilanda gelombang kelima pandemi Covid-19 karena kemunculan virus corona varian Delta. (ATTA KENARE/AFP)

Munculnya varian COVID-19 mengandung mutasi yang memberikan peningkatan penularan semakin menimbulkan kekhawatiran tentang kekebalan yang diberikan oleh infeksi atau vaksinasi sebelumnya.

"Penyebaran varian juga menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi penurunan kemanjuran terapi antibodi monoklonal anti-spike yang telah terbukti mengurangi gejala penyakit dan tingkat rawat inap," kata Landau dan rekan.

"Protein lonjakan varian lambda mengandung mutasi baru dalam RBD (L452Q dan F490S) yang dapat berkontribusi pada peningkatan penularannya dan dapat mengakibatkan kerentanan terhadap infeksi ulang atau pengurangan perlindungan yang diberikan oleh vaksin saat ini," kata tim.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya