Varian Lambda Disebut Lebih Mematikan, Walau Belum Diketahui Betul Titik Mutasinya

Kini dunia dikhawatirkan dengan virus Corona varian Lambda penyebab COVID-19 di Peru

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 07 Jul 2021, 18:33 WIB
Ilustrasi Virus Corona. (Bola.com/Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Belum usai lonjakan kasus COVID-19 akibat virus Corona varian Delta, dunia kini dikhawatirkan dengan varian Lambda yang pertama kali ditemukan di Peru.

Menurut Ahli Mikrobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung, Jawa Barat, Dr Mia Miranti, M P, virus Corona varian Lambda masih termasuk sangat baru sehingga ciri-ciri khususnya belum diketahui.

“Kalau Delta India dia mengalami mutasi ganda pada kode L.452.5 sama E.484Q, tapi untuk Lambda ini saya belum menemukan bagian mananya yang mengalami mutasi,” ujar Mia kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Rabu, 7 Juli 2021.

Namun, lanjut Mia, jika dilihat dari struktur virusnya, varian Lambda tetap ada asam nukleat RNA, capsid, dibungkus envelope lipoprotein, dan dibungkus duri (spike) untuk menempel pada protein inang.

“Sejauh yang saya cari mutasinya di sebelah mana, saya belum menemukan sama saya nyari jurnalnya belum ada karena ini memang baru sekali kelihatannya," katanya

Simak Video Berikut Ini


Lebih Mematikan

Mia menambahkan, sejauh ini varian Lambda menginfeksi di 29 negara terutama di Inggris. Namun, hal yang paling menakutkan dari varian ini adalah lebih mematikan daripada jenis virus yang lain.

“Kejadian di Peru dari 100 orang yang tertular 81 persennya meninggal. Kemudian, mekanisme replikasi dalam selnya sangat tinggi, mungkin virus corona lain di dalam sel ada lima atau enam sedangkan Lambda bisa ada 10. Mungkin seperti itu yang dimaksud jumlahnya tinggi dalam sel,” katanya.


Kekhawatiran terhadap Efektivitas Vaksin

Kekhawatiran juga merambat pada efektivitas vaksin terhadap varian lambda. Menurut Mia, vaksin pada dasarnya tahan terhadap sel pembentuknya.

“Jadi misalnya vaksin DPT untuk difteri pertusis, vaksin ini dibuatnya dari bakteri difteri dan bakteri pertusis yang memang dilemahkan sama seperti sinovac. Daya tahan tubuh kita nantinya akan tahan terhadap jenis difteri dan pertusis itu saja.”

Dalam kasus COVID-19, jika vaksinnya dibuat dari partikel virus yang paling lestari atau bagian gen virus yang tidak mengalami mutasi, maka yang ditakutkan dari varian lambda yakni bagian lestari tersebut sudah tidak ada karena tidak sesuai dengan varian asalnya akibat terjadinya mutasi.

“Akibat mutasi virus, partikel pembentuk vaksinnya jadi tidak sama sehingga dikhawatirkan vaksin menjadi tidak efektif,” tutup Mia.    

 


Infografis Waspada Mutasi COVID-19 Kombinasi Varian Inggris-India

Infografis Waspada Mutasi Covid-19 Kombinasi Varian Inggris-India. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya