Liputan6.com, Jakarta - Hewan-hewan menunjukkan perilaku aneh sebelum gempa mengguncang Kota Tangshan di China pada 28 Juli 1976. Petani bernama Fu Wenran menyesal mengabaikan pertanda itu.
"Binatang-binatang itu seperti mencoba memberitahu sesuatu. Seandainya kami tahu apa maksudnya, tidak banyak orang yang bakal meninggal," kata dia seperti dikutip dari situs ABC Australia.
Advertisement
Fu selamat dari musibah itu. Namun, sang istri ada dalam daftar 240 ribu orang yang tewas akibat gempa Tangshan.
Pria itu mengaku mendengar suara anjing-anjing menggonggong dan melolong liar beberapa jam sebelum lindu mengguncang pada pukul 03.42 dini hari.
Sejumlah orang juga melaporkan banyak tikus dan ular berkeliaran di kota. Hewan-hewan tampak gelisah, berlarian ke segala arah. Kuda dan sapi tak ketinggalan. Mereka menendang dinding kandang keras-keras.
Keanehan juga dijumpai di sumur-sumur warga. Beberapa pekan sebelumnya terpantau surut. Pada jam-jam terakhir sebelum gempa, permukaan air naik drastis sampai meluber.
Bahkan, kata Fu, orang-orang ikut aneh. "Orang-orang terlihat kesal dan bingung. Ada banyak perkelahian malam itu," kata Fu.
Cuaca panas dan sumuk diduga jadi pemicu emosi naik. Gelombang panas tiba-tiba muncul, para ahli meteorologi juga dibuat bingung karenanya.
"Panasnya bukan main kala itu. Pada pukul 02.00, orang-orang menyiramkan air ke badan mereka, sibuk kipas-kipas," kata Chang Qing, yang kala itu berprofesi sebagai fotografer. "Tapi anehnya, setelah gempa, tiba-tiba suhu mendingin."
Kenaikan suhu serupa dilaporkan terjadi di sejumlah peristiwa gempa lain di seluruh dunia. Ilmuwan menduga, kekuatan panas bumi jadi biang keladi. Namun, belum ada bukti ilmiah soal itu.
Kilatan Cahaya Misterius
Pertanda aneh lain yang diingat warga adalah penampakan kilatan cahaya misterius yang menerangi langit, sesaat sebelum gempa.
"Kelihatannya seperti ada ledakan. Kilatan cahaya terang, namun tak ada suara," kata Jiang Mo. Kala itu ia sedang berbaring, suhu yang panas membangunkannya dari tidur. "Banyak orang melihatnya, tapi tak ada yang bisa memberi penjelasan."
Fenomena itu dijuluki 'cahaya gempa' (earthquake lights). Beberapa ilmuwan menduga, fenomena itu muncul dari pikiran orang-orang yang trauma akibat gempa.
Namun, sejumlah ahli geologi berpendapat, bisa jadi itu terkait kekuatan elektromagnetik dari dalam tanah.
Hingga saat ini belum ada metode ilmiah untuk memprediksi kapan dan di mana gempa akan terjadi. Sejauh ini, perilaku aneh hewan secara luas diyakini paling menjanjikan untuk meramalkannya.
Pada 1960-an, China membentuk tim yang bertugas menyelidiki fenomena tersebut. Hasil kerja kelompok itu diklaim berhasil memprediksi secara akurat gempa magnitudo 7,3 pada tahun 1975 di Provinsi Liaoning timur laut.
Tim itu kini sudah dibubarkan. Menurut mantan kepala tim, Huang Zhujian, diperlukan penelitian yang lebih banyak dan meluas untuk membuat faktor perilaku hewan menjadi metode prakiraan yang praktis dan akurat untuk memprediksi datangnya lindu.
"Kita tahu hewan dapat merasakan gempa akan datang, namun itu hanya memainkan peran tambahan,"" kata dia. "Kita harus bergantung terutama pada metode geologi, bahkan jika itu tidak dapat memprediksi gempa dengan jelas."
Advertisement
Dampak Mengerikan
Gemuruh yang luar biasa keras terdengar saat gempa dengan kekuatan 7,8 skala Richter mengguncang area Tangshan dan sekitarnya, tepat saat jarum jam menunjuk ke pukul 03.42 waktu setempat.
Gempa utama berlangsung 'hanya' 14 sampai 16 detik. Tak lama kemudian giliran lindu 7,1 SR mengguncang
Dampaknya sungguh fatal. Kota-kota di sekitar episentrum hancur lebur. Sebanyak 240 ribu orang meninggal dunia, meski banyak orang yakin, jumlah mereka yang tewas sampai 750 ribu jiwa.
Guncangan juga dirasakan kuat di Beijing, yang memaksa warga malam itu tinggal di luar rumah. Mereka tak berani kembali ke rumah.
Saking kuatnya guncangan, orang-orang dilaporkan terlempar ke udara. Jalan, jembatan, stasiun kereta api, rumah dan pabrik-pabrik remuk bak terbuat dari kardus, bukan beton.
Gempa juga memutus aliran listrik yang membuat upaya penyelamatan berlangsung sulit. Satu-satunya hal yang bisa disyukuri adalah, lindu melanda pada musim panas. Tak terbayangkan derita yang harus dialami mereka yang selamat jika bencana terjadi pada musim dingin. Niscaya jumlah korban jiwa akan lebih tinggi.
Warga asing yang kebetulan melewati Tangshan setahun kemudian menggambarkan kehancuran yang ia saksikan. "Mirip gambaran dampak terburuk bom selama Perang Dunia II".