Liputan6.com, Denpasar - Pelukis sebagai salah satu bagian penting dari industri pariwisata di Bali tak luput dari dampak pandemi Covid-19. Kunjungan turis turun drastis dan perekonomian yang melambat mengganggu ekosistem seni rupa di Bali.
Ketenangan hati yang menjadi faktor penting dalam berkreasi pun terusik. Meski demikian mereka tetap berkarya di masa pandemi ini.
Ni Nyoman Sani, pelukis yang berasal dari Sanur contohnya. Meski pandemi membuat beberapa agenda dan rencana kerjanya tak berjalan sesuai rencana, namun baginya diam bukan solusi. Dia tetap aktif berkarya.
Baca Juga
Advertisement
Keterbatasan ruang tampil, menurunnya daya beli kolektor, membuatnya harus memutar otak agar karyanya tak teronggok lama. Beragam platform media sosial mulai dari Facebook, laman instagramnya @shine_bright_sani, Tiktok, dan jaringan lain jadi kanal alternatif untuk memamerkan karya.
Harapannya, saluran-saluran online itu bisa jadi sarana menarik perhatian pengamat seni dan minat kolektor. Upaya lain adalah mengkreasikan turunan karya ke dalam bentuk merchandise, seperti tumbler dan scarf jadi jalan yang ditempuh Ni Nyoman Sani.
Dia menandaskan, pengadaan fasilitas galeri online untuk ruang visual karya-karya seni akan sangat membantu sebagai pengganti galeri fisik yang harus tutup selama pandemi.
“Kami berharap agar pemerintah bisa menyediakan ruang interaktif, sarana diskusi dua arah yang bisa menjadi wadah bagi perupa seperti pelukis dan seniman lainnya untuk didengar tentang bagaimana kami berjuang dan bertahan dalam situasi seperti sekarang," katanya di Bali, Selasa (7/7/2021).
Berkarya, berfikir positif, dan memanfaatkan waktu dengan bijak menjadi tiga hal utama yang tetap menjaga produktifitas Ni Nyoman Sani selama pandemi. Meletakkan kuas bukan lagi pilihan, karena baginya pasti ada celah yang akan mempertemukan sebuah karya dengan peminatnya.
“Semua pelukis harus mengawali kanvasnya dengan siraman warna hitam, karena semua hal di dunia itu gelap sampai tersingkap cahaya,” katanya mengutip Leonardo da Vinci.
Bila masa pendemi diibaratkan warna hitam, niscaya ada terang setelahnya. Ni Nyoman Sani berpesan untuk para pelaku seni di Bali juga di daerah lain, tetaplah berkarya dan optimistis. "Karena cahaya itu bukan untuk mereka yang pesimistis."
Mina Megawati, jurnalis warga, blogger di Bali