Liputan6.com, Jakarta - Teknologi machine learning yang digunakan YouTube untuk merekomendasikan video di platform disebut-sebut berisi konten yang berbahaya, termasuk menegangkan bahkan radikal.
Menurut data yang dikumpulkan RegretsReporter milik Mozilla Foundation, rekomendasi konten tersebut bahkan mengalami peningkatan di negara-negara yang bahasa utamanya bukan bahasa Inggris.
Advertisement
Sementara itu, diketahui kalau YouTube sebenarnya telah menghadirkan fitur seperti report konten yang dikatakan dapan memberi pengguna lebih banyak kontrol dengan feedback dan transparansi tentang rekomendasi tertentu. Namun, tampaknya itu tidak sepenuhnya berhasil.
Mengutip The Verge, Jumat (9/7/2021), melaui ekstensi RegretsReporter yang tersedia untuk Mozilla Firefox dan Google Chrome, Mozilla Foundation memiliki lebih banyak informasi tentang konten yang ditemukan banyak orang ketika algoritma YouTube merekomendasikan konten yang tidak sesuai.
Ribuan Laporan
Diluncurkan pada September 2020, ekstensi itu menggunakan pendekatan crowdsourced untuk menemukan konten ‘regrettable’ atau konten 'yang tidak sepantasnya' yang ditemui pengguna melalui mesin rekomendasi.
Ekstensi tersebut menerima 3.362 laporan, termasuk data dari pengguna yang memasang ekstensi tapi tidak mengirim laporan. Tren data yang dikumpulkan menunjukkan ada masalah dalam pendekatan rekomendasi YouTube.
Sementara itu, Mozilla Foundation mengatakan bahwa konsep ‘regrettable’ sengaja dibuat tidak spesifik. Mereka menemukan bahwa 12,2 persen video yang dilaporkan telah melanggar aturan konten YouTube.
Sembilan persen di antaranya telah dihapus oleh YouTube, setelah memperoleh sekitar 160 juta tampilan. Artinya, video yang bahkan telah dihapus YouTube adalah video yang cukup populer.
Dari uji coba yang dilakukan, Mozilla mencatat bahwa video yang dilaporkan rata-rata ditonton 70 persen lebih banyak per hari daripada video lain yang ditonton oleh sukarelawan penelitian.
"YouTube perlu mengakui bahwa algoritma mereka dirancang dengan cara yang merugikan dan memberian informasi salah kepada orang-orang," kata Direktur Senior Advokasi Mozilla, Brandy Guerkink.
Dalam penelitian tersebut, ditemukan sekitar 43,4 persen kasus bahwa rekomendasi YouTube tidak berkaitan sama sekali dengan video yang sebelumnya ditonton.
Selain itu, tingkat video yang tidak berkaitan atau masuk kategori ‘regretable’ meningkat jadi 60 persen di negara-negara dengan bahasa utama selain bahasa Inggris.
Advertisement
Respons YouTube
Sementara itu, dalam pernyataannya kepada NBC News, YouTube mengatakan telah menindak rekomendasi konten berbahaya.
"Selama setahun terakhir saja, kami telah meluncurkan lebih dari 30 perubahan berbeda untuk mengurangi rekomendasi konten berbahaya," kata YouTube.
Sebelumnya, YouTube juga mengatakan hal yang mirip pada tahun lalu saat peluncuran penelitian yang dilakukan Mozilla Foundation.
Kendati demikian, Mozilla Founfation menyarankan kepada YouTube beberapa poin, termasuk laporan transparansi dan kemampuan untuk memilih keluar dari personalisasi, baik rekomendasi konten atau iklan.
(Rif/Isk)