Liputan6.com, Port-au-prince - Presiden Haiti Jovenel Moise tewas dibunuh kelompok bersenjata. Kepolisian mengungkap, para pembunuh itu berjumlah 28 orang.
"26 warga Kolombia dan dua orang Haiti keturunan Amerika," kata kepala polisi Léon Charles merinci, seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (9/7/2021).
Advertisement
Saat ini, delapan dari tersangka masih buron, sementara 17, termasuk dua orang Amerika, telah ditangkap. Tersangka yang tersisa ditembak mati selama baku tembak dengan polisi di ibu kota Port-au-Prince.
Sekelompok pria bersenjata menyerbu ke kediaman pribadi presiden Haiti pada Rabu dini hari. Istri Moise, Martine, terluka dalam serangan itu dan telah diterbangkan ke Florida untuk perawatan di mana dia dikatakan dalam kondisi stabil.
Belum jelas siapa yang merencanakan serangan itu atau apa yang memotivasinya. Perdana Menteri sementara Haiti Claude Joseph, bagaimanapun, mengatakan kepada BBC bahwa presiden berusia 53 tahun itu mungkin menjadi sasaran karena dia memerangi "oligarki" di negara tersebut.
Pada Kamis 8 Juli, polisi menghadirkan beberapa tersangka ke media bersama dengan senjata, paspor, dan bukti lainnya. "Kami akan memperkuat penyelidikan dan teknik pencarian untuk mencegat delapan orang pembunuh bayaran lainnya," kata Charles.
Pemerintah Kolombia kemudian mengatakan, setidaknya enam anggota regu pembunuh tampaknya adalah pensiunan anggota militernya. Negara ini membantu upaya investigasi Haiti.
Departemen luar negeri AS, sementara itu mengatakan bahwa tidak dapat mengkonfirmasi apakah ada warganya yang ditahan.
Penyelidik masih mencari dalang pembunuhan, yang telah memicu beberapa kerusuhan sipil di negara termiskin di Amerika itu.
Kronologi Pembunuhan
Kronologi kejadian bermula pada Rabu (7/7) sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Sebuah tembakan pertama dilepaskan sekelompok orang tak dikenal.
Menurut siaran pers dari kantor kepresidenan Haiti, sekelompok pria bersenjata itu berbicara dalam bahasa Spanyol dan menerobos masuk dan menyerang kediaman presiden.
Di waktu yang sama, para pria bersenjata bukan hanya menyerang presiden Jovenel Moise, tetapi juga ibu negara yang sejauh ini dinyatakan selamat dari insiden tersebut -- meski pun dalam kondisi luka dan kritis.
Setelah penyerangan tersebut, serangkaian upaya langsung disusun oleh pihak istana untuk memindahkan ibu negara Haiti Martine Moise ke rumah sakit di Miami, kata duta besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond. Ia juga menggambarkan kondisi ibu negara stabil tetapi kritis.
Pada Rabu 7 Juli pagi, tim forensik dari kepolisian diterjunkan untuk memeriksa kondisi tempat kejadian. Dikutip dari laman CNN, Kamis (8/7/2021), lubang peluru dapat dilihat di dinding di luar rumah Presiden Haiti Jovenel Moise yang terbunuh.
Bandara internasional Haiti telah ditutup setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise, kata duta besar negara itu untuk Republik Dominika.
Tanpa memberikan rincian lebih lanjut, Smith Augustin mengatakan kepada CNN dalam pesan WhatsApp bahwa Bandara Internasional Toussaint Louverture di ibu kota negara itu, Port-au-Prince, telah ditutup.
Haiti telah mengumumkan masa berkabung nasional selama dua minggu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse.
Penghormatan kepada Moise dijadwalkan dimulai Kamis, 8 Juli dan berakhir pada 22 Juli, menurut dekret resmi yang diterbitkan Rabu (7/7)
Dekret itu juga merinci "keadaan pengepungan" yang telah diumumkan di Haiti untuk jangka waktu 15 hari setelah pembunuhan itu.
Penjabat Perdana Menteri sementara Haiti Claude Joseph telah mengambil alih kepemimpinan negara itu.
Advertisement