Liputan6.com, Jakarta Sejak kasus COVID-19 melonjak beberapa pekan terakhir, pemandangan masyarakat berjemur di bawah sinar matahari kembali terlihat di beberapa titik. Aktivitas ini termasuk dilakukan warga kawasan penduduk di pinggir rel Pejompongan Jakarta.
Di sisi rel sebelah sana, tampak KRL melintas. Namun, seorang pria paruh baya tampak santai menggerakkan badan sembari berjemur di bawah sinar matahari.
Advertisement
Sembari duduk santai di atas rel jadi pemandangan yang lazim dilihat warga Pejompongan kala berjemur. Kereta yang melintas di sisi seberang malah jadi pemandangan yang bisa menemani sesi berjemur di tengah lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.
Berjemur merupakan upaya untuk mendapatkan vitamin D bagi tubuh. Kehadiran vitamin ini memaksimalkan kerja imun tubuh.
Tak perlu lama-lama berjemur untuk mendapatkan hasil baik. Rentang waktunya pun hanya antara 10 sampai 15 menit saja untuk mencegah kerusakan atau kulit terbakar akibat paparan sinar matahari berlebih.
Bila ingin mendapatkan vitamin D, berjemur memang bisa dilakukan di atas jam 9 pagi. Namun, jika tanpa perlindungan seperti sunblock bisa menyebabkan kulit terbaka bila dilakukan dalam waktu yang lama.
"Yang (tubuh) kita perlukan itu sinar UVB dari sinar matahari, bukan ultraviolet A (UVA) maupun ultraviolet C (UVC). Sinar UVB itu di atas pukul 9," kata dokter spesialis penuaan (geriatri) Siti Setiati.