Liputan6.com, Jakarta Prof. Dr. Ida Parwati, Sp.PK (K), Ph.D dari Departemen Patologi Klinik RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menjelaskan, stunting adalah masalah gizi intergenerasi, calon ibu dengan anemia berpotensi besar melahirkan bayi stunting.
“Termasuk calon ibu yang tidak mengubah pola makannya saat hamil. Faktor sosial budaya yang diturunkan antar generasi seperti kemiskinan, kondisi lingkungan yang tidak mendukung membuat makin sulit diintervensi," kata Ida dalam keterangan pers BKKBN ditulis Kamis (8/7/2021).
Advertisement
Lebih lanjut Ida menjelaskan bahwa kekurangan vitamin D pada bayi dan ibu hamil menjadi salah satu penyebab stunting. Padahal, sumber vitamin di Indonesia melimpah seperti sinar matahari dan ikan.
Kurangnya vitamin D menyebabkan proses penyerapan fosfor dan kalium terganggu yang bisa berdampak pada proses pertumbuhan bayi dan berakibat pada terjadi stunting.
Simak Video Berikut Ini
Pemeriksaan Laboratorium
Ida menambahkan, dalam mencegah stunting, selain memerhatikan asupan Vitamin D juga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi kekurangan gizi sejak masa Ibu hamil.
“Seperti hematologi rutin, skrining anemia, tanda-tanda infeksi, konfirmasi anemia, kadar ferritin, kadar bezi, TIBC dan pemeriksaan Vitamin D," katanya.
Berbagai upaya pencegahan stunting penting dilakukan mengingat angka stunting di Indonesia masih tinggi. Salah satu contohnya di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar).
Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sampai saat ini angka stunting di Sulbar masih di atas rata-rata nasional yakni sekitar 40.38 persen.
Tingginya angka stunting di provinsi tersebut diikuti dengan angka kematian bayi pada 2019 mencapai 223 per seribu kelahiran hidup dan pada 2020 naik menjadi 292. Sementara, angka kematian ibu memang mengalami penurunan. Persoalan lain di Sulbar yakni terkait pernikahan usia muda yang masih cukup tinggi.
Advertisement
Pemenuhan Gizi 1.000 Hari Pertama
Dalam keterangan yang sama, Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah Agus Riyanto, SP, M.Si menyampaikan bahwa pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan merupakan hal yang sangat penting.
Selain itu, sanitasi lingkungan, asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan bayi.
“Sebenarnya beras juga sebagai sumber protein. Namun, yang terjadi saat ini beras yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah beras yang putih bersih melalui tahapan proses dari gabah pecah kulit dan proses lainnya sehingga kandungannya sudah turun.”
Hal ini diperparah juga dengan kebiasaan mencuci beras sampai air benar-benar bersih, tambahnya.
Infografis 7 Tips Pulihkan Penciuman Akibat Terpapar COVID-19
Advertisement