Liputan6.com, Tasikmalaya Masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih di Indonesia, tidak membuat kreativitas tangan Edin Misbahudin, perajin peci atau kopiah kulit waru, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mati gaya.
Jika biasanya kulit waru ia olah untuk bahan tas, kini seiring lesunya pasar dalam negeri akibat pandemi Covid-19, ia berhasil menyulap kulit waru menjadi produk kopiah yang ciamik bagi laki-laki. Sebuah pilihan bisnis yang tepat saat pandemi.
"Daripada hulang-huleung (Banyak melamun) apalagi bahan (kulit waru) ada, saya buat sampel untuk dipakai peci (kopiah), eh ternyata bikin sampel banyak peminatnya," ujar dia beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Warga Kampung Geger Kalong, Desa Sukagalih, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya ini mengatakan, potensi kerajinan kopiah atau peci memang tidak pernah mati.
Mayoritas penduduk Tanah Air yang sebagian besar muslim, menjadi salah satu pertimbangan untuk selalu modifikasi motif atau gaya, agar menghasilkan ragam produksi kopiah berkualitas.
"Mungkin biasanya dari kain kan jenuh, ini ada seperti motif baru dari daun waru, jadi ada semangat baru, apalagi dipakainya enak ringan, dan enggak panas," kata dia.
Menggunakan peralatan mesin dan desain seadanya, Edin dan beberapa pegawainya, tak kecil hati untuk terus berinovasi menghasilkan ragam kopiah dengan berbagai corak yang menarik.
"Biasanya produk kami dijual untuk kalangan pesantren," kata dia.
Karena uniknya produk kopiah atau peci kulit waru yang dihasilkan Edin, ia mengaku kewalahan seiring meningkatnya permintaan pasar baik lokal termasuk pembeli yang akan membawanya ke pasar internasional.
"Biasanya kami pasarkan ke daerah Bandung, Jakarta, Purwakarta, Cirebon," kata dia.
Bahkan, saat Ramadan dan momen lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah lalu, ia mengaku kebanjiran pesanan hingga dua kali lipat dibanding penjualan sebelumnya. "Alhamdulillah naiknya 100 persen," ujar dia.
Kini seiring meluasnya penjualan, beberapa pembeli atau eksportir mulai membawa produk unik kupiah kulit waru produksi Edin hingga pasar luar negeri. "Biasnya dibawa buyer (eksportir) untuk tujuan Malaysia, Arab Saudi, Turki, hingga Dubai," papar dia.
Meskipun demikian, masih minimnya stok bahan baku kayu tanaman waru yang dihasilkan petani, serta seretnya modal yang ia miliki, menyebabkan produksi kopiah daun waru miliknya belum optimal.
"Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, termasuk juga suntikan modal yang bisa meningkatkan usaha kami," kata dia.